Lihat ke Halaman Asli

Pejalan Rasa

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seperti malam yang gelap, aku sekarang dalam keadaan sepi.

Hanya bintang cantik yang aku liat di tepian danau raksa itu.

Aku telah meninggalkan sebuah rumah yang didalamnya penuh dengan sajian kenikmatan.

Makanan, minuman hangat yang manis, kasur dan selimut yang terbuat dari bulu domba.

Awal melangkah keluar rumah, serasa terikat berton emas.

Namun itu harus dihiraukan, karena malam cantik sedang menanti.

Dengan berat hati si pemilik rumah merelakan, berharap aku kembali datang.

Namun malam semakin cantik disini, sehingga aku mulai mabuk melihat cantiknya rembulan..

Terasa begitu lama, entah kapan pagi akan menjemput.

Wahai engkau pemilik rumah cantik itu,

Jangan berharap jalan kerumahmu akan di tunjukan ketika pagi menjelang..

Karena semua itu, aku serahkan kepada sang Pemilik Tujuan.

Mungkin ketika pagi menjemput aku akan berjumpa dengan malam menerkam,

Atau mungkin cabang menuju rumahmu.

Dinz..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline