Lihat ke Halaman Asli

Didin Zainudin

Didin manusia biasa yang maunya berkarya yang gak biasa.

Sinden Ghaib Hutan Jati

Diperbarui: 5 September 2024   09:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.vecteezy.com/photo/11227719-landscape-of-haunted-mist-forest-dark-background-creepy

Sebenarnya belum malam benar. Masih jam 22.00 lewat. Teman-teman masih betah berkumpul di lahan hijau milik kompleks perumahan. Seorang teman kami, pak Dento, masih berkaraokean, menyanyikan lagunya Rod stewart. Tiba-tiba dari speaker aktif (speaker box ukuran 1 meteran ) mengeluarkan suara wanita. Tadinya kami pikir suara ibu-ibu. Karena sebelumnya ibu-ibu juga ikut ngumpul, dan ikut ber-karaoke. Namun mereka ternyata sudah pulang semua serombongan. Mic wireless yang tadinya dipegang mereka juga sudah dikembalikan ke kami. Bahkan sudah mati, karena baterenya habis.

Pas lagu rod stewart yang dinyanyikan pak Dento selesai, suara "wanita" ini masih berlanjut. Komputer untuk memutar music karaoke sudah dimatikan juga. Mic juga sudah dimatiin. Namun suara wanita yang mirip alunan sinden ini masih terdengar. Kami semua terbengong. Suara dari mana ini? Dia menyanyikan lagu dengan nada yang gak jelas. Lirik yang di dendangkan kata-katanya jelas. Kami saling menengok, mencari sumber suara. Bahkan saya melihat ke atas ke arah  pohon-pohon jati. Saya langsung pamit pulang. Takutnya suara "sinden" ini berlanjut dengan penampakan. Jangan sampai "sinden" tadi ngikut saya ke rumah.

Cerita lengkapnya begini, jadi setiap bulan kami mengadakan acara ngumpul-ngumpul warga, di lahan hijau, yang banyak kita tanami pohon jati. Cukup rindang dan adem kalau siang hari. Malam ini, karena ada acara Ngumpul bareng (Ngumbar) warga Wismamas, jadilah hutan jati yang letaknya di samping balai RW 10, di sulap menjadi lebih estetik. Lampu-lampu menghiasi dan mempercantik hutan jati. Pokoknya cukup estetik lah. Untuk memeriahkan acara, speaker-speaker ukuran cukup besar dan satu speaker aktif di pasang. Belum lagi layar lebar dan proyektor untuk melihat video. Jadi kalau karaokean bisa sambal lihat teks di layar lebar. Kursi-kursi panjang dari kayu kita gelar. Buat duduk-duduk sambil ngopi, ngemil, ngerokok dan ngobrol.

Acara ngumbar (ngumpul bareng) hampir rutin kita adakan. Biasanya diadakannya di Sabtu malam, akhir bulan. Selain buat sarana ngumpul warga, juga menjadi ajang warga untuk mengembangkan usaha (umkm). Karena warga bisa buka lapak dan jualan di pinggir jalan samping lahan hijau. Gratis, tidak dipungut biaya. Disinilah warga bisa berinteraksi dengan sesama tetangga.  Mereka bisa saling bertransaksi. Jual beli dan haha hihi... Nah, biar makin seru maka diadakan juga live music (bila ada tetangga yang mau tampil), karaokean, dan layar lebar. Acara makin malam makin seru. Bapak-bapak dan ibu-ibu makin semangat berkaraoke. Panitia Ngumbar menyediakan 3 mic wireless. Bisa buat nyanyi bareng, atau bergantian. Tidak harus bagus suaranya. Yang sember dan fales pun juga boleh nyanyi, asal tahan dibully aja. Hahahaha....

Ketika para pedagang sudah bersiap-siap pulang, karena dagangan sudah ludes, justru di lahan hijau tempat warga berkaraoke makin meriah. Meski hari sudah semakin larut. Kali ini bukan hanya bapak-bapaknya yang berkaraoke, namun para remaja juga. Mereka anak-anak karang taruna juga nggak mau kalah, mau unjuk gigi. Mereka menampilkan lagu-lagu yang lebih kekinian. Karena sebagaian bapak-bapak menyanyikan lagu yang kekunoan.

Musik disiapkan dari laptop. Dengan memanfaatkan youtube, jadi mau lagu apa saja bisa ditampilkan. Lagu lama, lagu baru, lagu dangdut, pop, rock, lagu mellow, lagu local, lagu barat, semua ada.  Suasana sangat cair dalam acara ini. Ketawa-ketawa, ngobrol, nyanyi-nyanyi berpadu jadi satu.

Sayangnya ketika sudah jam 22.00, mic wireless habis baterenya. Dari 3 mic hanya 1 yang masih hidup. Sisanya sudah mati. Tentu saja hal ini mengurangi keseruan. Satu persatu, ibu-ibu pamit pulang. Begitupun dengan para remaja karang taruna, mereka melipir untuk meninggalkan tempat acara ngumbar. Tinggal bapak-bapak yang masih ngumpul di bawah rindang nya pohon jati. Suasana pohon-pohon jati lebih estetik, karena kita lilit dengan lampu-lampu. Belum lagi ada beberapa lampu sorot. Yang biasanya disini gelap, jadi terang, cantik dan estetik.

Karena mic tinggal 1 yang hidup, jadi kini karaoke gak bisa duet lagi. Harus solo karier. Tapi karaokean terus berlanjut. Namanya bapak-bapak, lagu-lagu yang dipilih ya lagu jadul. Dari lagunya My Way, Phil Collins, sampai lagunya Rod Stewart. Belum lagi ada yang minta lagu dangdut jadul (apalah judulnya, lupa aku). Disinilah awal insiden sinden muncul. Ketika lagu terakhir dinyanyikan oleh pak Dento, dia menyanyikan lagunya Rod Stewart. Di akhir dia menyanyikan lagu, tiba-tiba suara pak Dento ditimpa dengan suara "wanita". Awalnya kami pikir masih ada ibu-ibu yang tinggal, dan masih ikut nyanyi. Tapi operator karaoke, pak Iwan menginfokan kepada kami, 2 mic nya sudah mati. Dan sudah masuk ke dalam kotak mic. Jadi hanya tinggal 1 mic yang dipegang pak Dento.

Senandung suara wanita itu makin jelas, ketika pak Dento mengakhiri nyanyinya. "Loh... Suara siapa itu?" spontan operator audio mas Muji bertanya. Bapak-bapak juga bingung. Saya mencoba menengok dan melongok ke arah ibu-ibu tadi ngumpul. Disana sudah gak ada satupun ibu-ibu. Hanya masih ada satu pedagang yang siap-siap mengemasi barang untuk pulang. Kami berprasangka baik, mungkin itu spleteran atau bocoran audio dari kampung atas, yang sedang ada hajatan dan dangdutan. Apalagi kami memang pakai speaker aktif dengan alat bluetooth (tambahan).

Suara senandung "wanita" ini masih berlanjut. Ada kata-kata yang masih saya ingat, dia menyebut kata "rindu, dan lama sudah menanti..." gak tahu itu lirik lagu apa. Jangan-jangan itu adalah kode buat kita. Bapak-bapak ada yang cuek, tapi ada juga yang penasaran, menengok kiri kanan, dan keatas. Saya mulai curiga dengan suara tersebut. Mas Muji juga sudah mencopot semua listrik dari sound. Hanya tinggal satu yang belum dimatikan speaker aktif besar. Disinilah asal bunyinya. Mas Muji ini sebenarnya indigo. Dia bisa melihat makhluk astral. Tapi dia gak pernah pamerin kemampuannya. Tiba-tiba mas Muji mencabut alat Bluetooth yang masih menempel di speaker. Dia menggetok speaker dengan tangannya. Kemudian dia mencabut arus listrik ke speaker. Suara Wanita itu kini hilang. Kami satu persatu akhirnya meninggalkan tempat acara.

Esoknya, Minggu siang, di grup WA warga, ramai membicarakan nyanyian "wanita sinden" tersebut. Cukup geger. Sebenarnya bapak-bapak penasaran, cuma takut membicarakan hal tersebut di tempat acara. "Biasanya kalo hantu kita omongin, dia malah ngikut sama kita", komentar salah satu warga WAG. Berbagai asumsi dan spekulasi muncul dipembicaraan grup wa ini. Ada yang berasumsi itu sisa suara dari speaker. Ada yang bilang itu bocoran dari acara dangdutan di hajatan kampung atas (kompleks perumahan kami ada di bawah -- lembah). Tapi kalo dari hajatan, sepertinya gak mungkin. Karena letaknya cukup jauh. Kurang lebih 900 meteran. Bluetooh gak mungkin menjangkau jarak segitu. Gak mungkin juga penyanyi dangdut suaranya datar begitu. Akhirnya tuduhan terakhir yang agak masuk akal (meski di luar nurul) ya makhluk astral. Entah "mbak kunti" atau "hantu penyanyi". Secara hutan jati ini juga bersebelahan dengan kuburan umum. Letak kuburannya memang tepat diatas hutan jati. Dia hanya dipisahkan oleh tebing dan deretan pohon-pohon bambu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline