Ini cerita tentang Umroh murah ala jamaah haji mandiri. Umroh biayanya gak lebih dari 10 riyal (Rp. 40.000). Murah kan? Sebagai haji mandiri, tentu saja kita harus mandiri. Kita di tuntut untuk terus belajar sendiri. Memahami sendiri. Mengingat-ngingat yang sudah diajarkan oleh petugas. Kalau perlu bikin catatan sendiri. Kalau masih suka bingung dan nggak mau repot sebaiknya ikut KBIH aja. Apalagi untuk jamaah haji yang sudah lanjut usia. Atau buat mereka yang malas berpikir, atau lebih suka dilayani, ini disarankan ikut KBIH.
Haji mandiri memang harus aktif, mencari informasi. Aktif bertanya, cari tahu tata cara ibadah haji, dan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan ibadah disana. Tapi jangan khawatir, bukan berarti haji Mandiri, terus pemerintah melepas begitu saja, ketika kita ibadah haji. Banyak petugas haji yang bisa kita tanya-tanya. Yang pertama ada ketua kloter yang membawahi, Kepala rombongan, dan kepala regu, dan seluruh anggota kloter.
Ketua kloter mewakili pemerintah Indonesia. Petugasnya dari Departemen Agama. Dibawahnya ada Ketua Rombongan, dia membawahi 40 orang. Di dalam Rombongan ini dibagi lagi per regu. Setiap regu ada 10 orang yang dipimpin oleh Ketua Regu. Belum lagi di setiap hotel selalu ada petugas haji, ada dokter, yang stand by. Mereka punya pos & sekretariat di tiap hotel. Jadi jangan takut kurang info. Intinya sering-sering gaul aja.
Saya sebagai ketua regu yang anggotanya jamaah mandiri, ada 8 orang. Dua orang lagi (suami istri) dari KBIH yang dimasukkan dalam grup Mandiri. Grup kami terdiri: 5 jamaah wanita, 3 jamaah pria. Regu saya, regu 8 selalu kompakan dengan regu 9. Karena kami sama-sama dari wilayah Depok yang berdekatan. Kebetulan saat cek kesehatan di puskesmas yang sama. Saat tes kebugaran di lapangan perumahan Rivera kita pun juga, olahraga bersama. Jadi ketika akhirnya berangkat Haji, kita sudah akrab satu sama lain. Apalagi sesama jamaah Mandiri, jadi kita sama-sama seperjuangan. Susah senang kita sama-sama.
Saat kita umroh Sunnah, yang sudah diluar agenda Haji. Petugas haji sudah tidak punya kewajiban membimbing kita lagi. Karena rangkaian ibadah haji sudah selesai. Jadi umroh Sunnah adalah atas inisiatif jamaah sendiri. Untuk umroh, kita harus mengambil miqot. Sebagai tempat kita mengawali umroh. Jadi kita harus keluar dari Mekah dulu. Tempat miqot terdekat dari Mekah adalah Tan'im (masjid Aisyah). Untuk menuju kesana kita harus naik bis atau taksi. Pertama kali kita umroh, kita sempat dibohongin oleh supir bis yang kita sewa.
Saat deal di awal dia setuju dengan harga 10 riyal ke Tan'im dan ke Haram (maksudnya berangkat pulang). Ternyata setelah kita mengambil Miqot ke Tan'im dan berangkat lagi dari Tan'im menuju ke Haram, disana dia minta 20 riyal. Karena 10 riyal dari hotel ke Tan'im. 10 riyal lagi dari Tan'im ke Masjidil Haram. Bahasa arab kami cuma modal Google translate. Sopirnya sudah setengah baya, dia tidak paham Bahasa Inggris. Jadi tawar menawar sesekali pake Bahasa tarzan, dan Bahasa Inggris. Sebenarnya salah paham karena sopir menganggap 10 riyal sekali jalan.
Atau dia pura-pura salah paham supaya dapat untung lebih banyak. Karena ternyata tarif rata-rata dari Tan'im ke Haram hanya 5 riyal. Kami gak mau berbantah-bantah karena sedang menggunakan baju ihrom. Dari pada batal, akhirnya dengan ikhlas kita bayar 20 riyal per orang. Ada 10 orang. Berarti sopirnya dapat 200 riyal. Yang sebenarnya jaraknya gak terlalu jauh. Pulang pergi paling 12 km an. Ya sudahlah, itu ongkos kebodohan saja. Sebagai pelajaran saja. Lain kali kita harus deal nya lebih jelas di awal.
Di lain hari, kami ceritakan peristiwa diatas dengan seorang teman (baru kenal sebenarnya). Dia seorang pemilik KBIH yang sudah wara-wiri ke Arab Saudi puluhan kali, namanya Habib Idrus, kami cerita peristiwa dengan sopir bis diatas. Dia akhirnya mengajarkan kami bagaimana cara menawar harga dengan sopir. Tips paling gampang dari dia, bilang aja: "Yaa ban, wa hiya ban". Artinya return atau pulang pergi. Sebutkan dengan tambahan bahasa tangan: Tan'im, Tan'im -- Haram, Khamsa riyal (5 riyal). Kalo sepuluh ya Asyara riyal. Pelajaran yang singkat dan padat ini kami catat baik-baik. Yang nantinya mau kita praktekkan untuk umroh-umroh Sunnah berikutnya. Masih ada 6 - 8 umroh lagi.
Benar saja, 2 hari berikutnya saya praktekkan tips dari Habib (panggilan buat habib Idrus). Ternyata benar. Sopir paham, dan langsung deal. Kali ini mobil yang kami sewa lebih bagus. Hyundai H-1. Yang bisa menampung 10 orang dengan nyaman. Masing-masing orang kini hanya bayar 10 riyal, untuk perjalanan bolak balik dari hotel ke Tan'im, dan dari Tan'im ke Haram. Beres, semua senang dan nyaman. Kita cukup bilang ke sopir nya: Tan'im -- haram, Yaban Wahiyaban, 10 riyal. Sambil jari telunjuk tangan kita angkat. Supaya sopir paham 1 orang 10 riyal PP.
Ilmu Ya ban, wa hiya ban saya tularkan ke semua anggota regu. Tiap orang harus tahu. Siapa tahu mau umroh sendiri, atau bersama pasangan. Paling tidak sebagai pengetahuan baru. Kelihatannya sepele tapi ternyata sangat bermanfaat. Besok-besokannya kami selalu menggunakan jurus "ya ban wahiya ban" untuk tawar menawar dengan sopir. Perlu kita ketahui, di Arab Saudi (Mekah) gak ada taksi resmi. Hampir gak ada taksi yang menggunakan argo. Taksi Online seperti Gocar, Grab car, atau Uber gak ada.
Jadi angkutan hanya ada 2 pilihan, bis umum atau taksi pribadi. Mobil taksinya bisa apa aja. Saya pernah naik Innova, Pajero, H1, Fortuner, sedan dan bis ukuran sedang (seukuran elf). Bahkan saat hari Tasryik (Hari Raya Idul Fitri), seorang Jamaah haji yang se hotel dengan saya, tapi beda kloter, cerita waktu itu dia pernah naik taksi, mobilnya bekas mengangkut kambing. Bak terbuka. Dia naik dari mina ke Masjidil Haram. Satu orang dikenai 100 riyal. Karena saat itu angkutan sangat jarang. Karena gak ada pilihan lain dia akhirnya naik mobil bak terbuka tersebut.