Lihat ke Halaman Asli

Dinta Nuriyah

Mahasiswa Jurnalistik

Peran Adab dalam Retorika Dakwah: Kunci Kesuksesan Dai dan Orator di Era Digital

Diperbarui: 25 Juni 2024   23:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Syamsul Yakin dan Dinta Nuriyah (Dosen Retorika dan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)/DOK. PRI

Oleh: Syamsul Yakin dan Dinta Nuriyah 

Dosen Retorika dan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Secara praksis, retorika dan dakwah harus mengusung adab. Segala hal yang baik dan buruk perlu diperhatikan dengan seksama. Apa yang baik perlu diimplementasikan, sedangkan yang buruk harus dihindari. Konsep baik dan buruk ini berlaku secara mutual, baik bagi komunikator seperti orator dan dai, maupun bagi komunikan seperti audiens dan mad'u.

Adab dalam Islam secara umum adalah aturan tentang sopan santun yang bersumber dari al-Qur'an. Adab ini menjadi panduan dalam menjalin komunikasi yang dialogis antara manusia. Dalam Islam, secara hirarkis, adab memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan ilmu.

Dalam konteks komunikasi Islam atau dakwah, kesopanan, keramahan, dan kehalusan budi pekerti lebih diutamakan. Komunikasi dalam Islam tidak hanya fokus pada hasil akhir, tetapi juga sangat memperhatikan proses yang ditempuh. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya adab dalam retorika dakwah.

Dalam Islam, adab dan akhlak memiliki perbedaan. Adab adalah sekumpulan aturan yang bersifat mengikat, sedangkan akhlak adalah respons hati yang muncul tanpa paksaan. Akhlak lebih bersifat spontan. Dalam retorika dakwah, adab lebih tepat diutamakan karena sifatnya yang mengikat. Akhlak atau respons spontan dari orator atau dai muncul secara alami saat ceramah atau pidato. Meskipun tidak terikat aturan agama atau budaya, akhlak dapat dipelajari, diulang, dan dibiasakan.

Secara aksiologis, adab membantu orator dan dai menjadi individu yang lebih baik dalam berpikir dan bertindak sesuai dengan waktu dan tempat tertentu. Ini disebut ethos dalam ilmu retorika, yang memengaruhi komunikan. Berdasarkan pemaparan tersebut, adab retorika dapat dipahami sebagai berikut: Pertama, adab mencakup aturan tentang kesopanan, keramahan, dan budi pekerti dalam berbicara untuk mengajak manusia berbuat baik. Aturan ini ditujukan kepada orator atau dai.

Kedua, adab retorika dakwah meliputi aturan mengenai hal-hal yang baik dan buruk yang harus dipatuhi saat dai berdakwah atau orator berpidato. Fokus utamanya adalah menghindari kesalahan dalam bertutur. Ketiga, adab retorika dakwah merupakan refleksi dari baik buruknya dai dan orator yang tampil di berbagai media, baik panggung dan mimbar (media tradisional), radio dan televisi (media konvensional), maupun media sosial (media baru).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline