Sulitnya memenuhi kebutuhan hidup membuat dua remaja perempuan asal Karawang dan Banyumas ini nekat mengamen di Jakarta. Bermodal alat box music sewaan, mereka meraup rupiah dari angkutan umum yang satu ke angkutan umum lainnya.
Dua remaja putus sekolah ini mengaku nekat mengamen karena himpitan ekonomi. Hasil dari mengamen itu ia gunakan untuk membantu keluarga di kampung.
Namun ketika sedang mengamen, dua remaja perempuan ini terkena penjangkauan Petugas P3S Suku Dinas Sosial Jakarta Barat. Keduanya kedapatan sedang mengamen di salah satu angkutan umum di Pesakih, Kalideres, Jakarta Barat.
Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Barat, Surya menyampaikan penjangkauan itu sesuai Peraturan Daerah No.8 tahun 2007 tentang Ketertiban Umum mengenai pelarangan memberi dalam bentuk apapun di jalanan.
Selain itu, banyaknya laporan warga melalui media sosial maupun CRM yang mengeluhkan perilaku pengamen. Warga merasa terganggu karena pengamen itu kerap meminta uang dengan cara memaksa.
"Iya dua remaja perempuan pada saat petugas kami (P3S) sedang melakukan monitoring, dan kedapatan keduanya sedang mengamen dengan menggunakan Box Music di Pesakih, Kalideres," ungkap Surya saat dihubungi pada Jum'at (2/2).
Ia melanjutkan, mereka sebelumnya sempat lari ketika melihat petugas. Namun petugas dengan sigap segera melakukan penjangkauan terhadap mereka.
Saat ini, kedua remaja tersebut telah dibawa ke Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 Kedoya, Jakarta Barat. Mereka akan diasesmen dan diidentifikasi petugas untuk mendapatkan pembinaan lebih lanjut agar tidak kembali mengamen di jalanan.
Salah satu dari pengamen remaja itu, M (17) mengungkapkan hasil mengamen itu untuk ibunya yang hanya hidup seorang diri.
"Hasilnya buat bantu orang tua dan buat makan aja," kata M kepada petugas.
Mereka mengaku, mengamen dengan cara menyewa box music dari seseorang. Mereka menyewa lima belas ribu rupiah per hari untuk hari Senin sampai Jumat. Sedangkan untuk hari Sabtu dan Minggu sebesar dua puluh ribu rupiah per hari.