Lihat ke Halaman Asli

Filosofi Kesialan

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sesungguhnya pada peristiwa itu terdapat tanda- tanda bagi orang – orang yang “ Al Mutawassimin “ ( QS Al Hijr : 75 )

Al Mutawasimin menurut pengertian adalah orang-orang yang mempunyai firasat, yaitu mereka yang mampu mengetahui suatu hal dengan mempelajari tanda-tandanya.

Dalam beberapa hari terakhir beberapa teman bercerita mengenai kesialanya. Anak kos sebelah baru kehilangan dompet dan semua isinya termasuk kartu ATM yang sialnya lagi isinya ikut dikuras penjahat karena telat melakukan blokir dan pin-nya menggunakan kombinasi tanggal lahir. Padahal sebelumnya ia berharap dompetnya akan dikembalikan oleh orang yang mengambil/menemukan, setelah ia pergi ke "orang pintar" di kampung sebelah. Dengan rajah yang dibakar bersama "ubo rampe" berupa cabe, bawang merah dan ketumbar (masing-masing satu biji) ditambah tujuh butir garam kasar kemudian dipendam dalam tanah. Ternyata sia-sia, padahal ia juga sudah membayar uang mahar untuk konsultasi dan ritual itu sebesar duaratus limapuluh ribu rupiah.  "Yaudahlah anggap aja sedang sial"  katanya. Sehari berikutnya ada saudara yang baru pulang dari Jakarta ke kampung berkisah kehilangan dompetnya juga padahal di dalam rumah. Anehnya lagi dia tidak segera melapor ke Bank dan tidak melakukan blokir karena merasa passwordnya "aman" , kombinasi angka yang  acak dan tidak tertulis dimanapun. Tetapi begitu datang ke Bank besoknya, langsung lemas karena saldonya hampir nihil. "Gak habis pikir, kok bisa ya?" keluhnya sambil melas. Apalagi ia bercerita uang tabungan belasan juta itu dikumpulkan beberapa tahun untuk modal masa depan (mau bilang modal kawin tapi belum ada calonnya :). Di kantor beberapa waktu lalu dua orang teman mengaku kehilangan gadget di tempat yang sama yaitu kereta. Ada juga teman yang sial celananya sobek waktu mengejar kendaraan umum sehingga terpaksa duduk manis dan pura-pura sibuk bekerja meski jam istirahat.

Sebenarnya kenapa manusia harus mengalami kesialan demi kesialan. Ada yang bilang karena dosa-dosanya, lupa bersedekah, sebagai pengingat/ujian, atau karena kecerobohan semata.

Apa artinya sial? Sial/apes/nahas/celaka/malang=tidak mujur/tidak beruntung. Sial menurut kamus Dinotrunkz artinya tidak mendapatkan hasil yang seharusnya dan atau tidak sesuai yang diharapkan. Ketika seseorang sudah melakukan usaha/tindakan dengan cara yang benar/sudah sesuai dengan kaidah, kemudian tidak berhasil atau hasilnya tidak sesuai harapan maka orang tersebut bisa disebut sedang 'sial'. Artinya ada faktor lain yang mempengaruhi hasil usaha/tindakan tersebut. Ada juga orang yang tidak melakukan apa-apa tapi tiba-tiba mengalami kesialan, kalau hal itu adalah nasib. Tetapi nasib manusia bukan tanpa sebab. Nasib manusia ditentukan dirinya sendiri. Ketika seseorang sedang tidur bisa saja tiba-tiba tertimpa rumah yang roboh atau pesawat jatuh. Kesialan semacam ini bisa dihindari dengan ikhtiar misalnya dengan berdoa dengan benar sebelum tidur serta memastikan semua kondisi aman-"ceteris paribus". Tidak ada satupun kejadian entah baik atau buruk yang tanpa sebab, karena begitulah ketetapan Tuhan.

Bisakah kita menghindari kesialan?bagaimana caranya?

Orang-orang etnis tertentu mempunyai cara atau kebiasaan tertentu yang khusus untuk menghindari kesialan atau bahasa mereka agar selalu "hoki". Mulai dari kegiatan ritual tertentu, perhitungan hari/waktu, ramalan/horoskop, memasang benda-benda tertentu seperti patung/boneka kucing (maneki neko), cermin, garam, jimat, mantera, ataupun benda-benda mistik lainnya yang dipercaya bisa menghindari kesialan atau agar selalu beruntung.

Masyarakat lokal juga mengenal istilah "ruwatan" yaitu suatu kegiatan ritual yang dipercaya bisa untuk menghilangkan kesialan atau membuang anasir jahat pada seseorang. Benarkah kesialan atau nasib buruk bisa dihindari? Bisakah manusia bisa selalu meraih keberuntungan setiap saat?

Kita wajib mempercayai bahwa semua yang terjadi di muka bumi ini adalah atas kehendak dan takdir Allah. Bila Allah berkehendak atas sesuatu maka tidak seorangpun yang dapat menolaknya. Sebaliknya bila Allah tidak berkehendak atas sesuatu maka tidak seorangpun yang dapat menjadikannya. Termasuk segala musibah, nasib buruk, bencana dan ketidakberuntungan yang terjadi adalah atas izin dan kehendak Allah semata. Segala apa yang terjadi telah ditetapkan Allah dalam kitab Luhmahfuz. Sebagaimana Allah berfirman:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا [الحديد/22]

”Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya”.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline