Mencintaimu adalah derita.
Berhenti mencintaimu adalah siksa.
Tidak bisa kembali ke masa lalu untuk menghindari pertemuan pertama kita.
Tidak pula bisa kupercepat berjalannya waktu, agar tak perlu kurasakan perihnya tak bersama.
Memaksakan hasrat adalah mustahil.
Tak memiliki daya melawan realita.
Mencari pengganti pun adalah mustahil, membohongi hati adalah konyol dan sia-sia.
Lalu harus bagaimana?
Aku terjebak dalam simalakama.
Itu sepenggal kata yang ada di buku Lament bab Shame & Rejection, dan aku menggambarkannya sebagai sebuah cinta sejati, dan perlambang Cinta Sejati adalah Bunga Edelweis, Bunga Keabadian dan Cinta Sejati.