Melansir dari antaranews.com, sebuah komunitas budaya bernam Komunitas Berkat Yakin (Kober) Lampung mengatakan bahwa dalam 36 tahun ke depan Bahasa Lampung terancam mengalami kepunahan. Hal ini diungkapkan dalam konferensi pers Festival Seni Bahasa Lampung 'Menatap Tubuh Bahasa' yang diadakan pada 15 Juli 2024. Kober Lampung bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemenbudristek) RI, melalui platform Dana Indonesiana, kategori Pendayagunaan Ruang Publik tahun 2023-2024, menyelenggarakan program Festival Seni Bahasa Lampung "Menatap Tubuh Bahasa" yang digelar pada 22-28 Juli 2024 sebagai upaya pelestarian bahasa daerah Lampung.
Namun sebenarnya tidak hanya bahasa lampung, pada tahun 2022 sebuah data dari Badan Bahasa Kemenbudristek menyebutkan bahwa sebanyak 139 bahasa daerah di Indonesia terancam punah, salah satunya adalah bahasa Lampung. Isu kepunahan bahasa daerah di Indonesia menjadi hal yang penting untuk diatasi, pasalnya dapat mengancam kelestarian budaya di Indonesia. Banyak faktor yang menyebabkan kepunahan bahasa daerah terjadi, misalnya seperti urbanisasi dan migrasi, globalisasi dan perubahan sosial budaya, terputusnya generasi penutur bahasa daerah, hingga kurangnya dukungan dan penggunaan bahasa daerah dalam pendidikan formal.
Upaya pelestarian dan pencegahan kepunahan bahasa daerah memerlukan usaha dan strategi komprehensif, juga melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan. Tak hanya itu, pemanfaatan teknologi modern juga dapat menawarkan berbagai solusi inovatif untuk melestarikan dan menghidupkan kembali bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Lalu, apa saja yang bisa dilakukan dengan menggunakan teknologi dalam upaya pencegahan kepunahan bahasa daerah di Indonesia?
1. Dokumentasi Bahasa Daerah melalui Teknologi Digital
Dokumentasi adalah langkah pertama dan sangat penting dalam pelestarian bahasa. Teknologi digital memungkinkan proses dokumentasi yang lebih efisien dan akurat. Seperti menggunakan fitur rekaman audio dan video pada smartphone atau alat perekam digital untuk merekam penutur asli bahasa daerah dan mendokumentasikan pelafalan, intonasi, serta penggunaan kata dalam konteks budaya. Hasil rekaman pun dapat disimpan dan disebarluaskan ke platform digital untuk menjangkau target yang lebih luas.
Upaya lainnya dapat mendokumentasikan melalui pembuatan aplikasi kamus digital yang dikembangkan untuk memberikan kemudahan pengguna dalam mencari arti kata, sinonim, antonim, dan contoh penggunaan dalam kalimat. Aplikasi ini juga bisa dikombinasikan dengan fitur audio untuk mendengarkan pelafalan yang benar seperti yang digunakan oleh Google Translate.
Alternatif lain dalam pendokumentasian bahasa daerah juga bisa dilakukan melalui platform dokumentasi online seperti Wikimedia Incubator dan Ethnologue, yang menyediakan ruang untuk mendokumentasikan bahasa-bahasa minoritas. Melalui website ini, masyarakat lokal juga dapat berkontribusi dengan mengunggah data linguistik, cerita rakyat, dan materi budaya lainnya.
2. Pengajaran Bahasa Daerah melalui Aplikasi dan E-Learning
Kurang besarnya dukungan dalam kurikulum pendidikan terhadap pelestarian bahasa daerah, dapat diatasi salah satunya melalui teknologi pembelajaran digital yang dapat membuka peluang baru dalam pendidikan bahasa daerah. Aplikasi dan platform e-learning dapat menjadi alat yang efektif untuk mengajarkan bahasa daerah kepada generasi muda.
Misalnya dengan mengadaptasi fungsi dan kegunaan aplikasi seperti Duolingo yang khusus untuk bahasa-bahasa daerah. Pengguna dapat belajar melalui berbagai latihan interaktif yang mencakup kosa kata, tata bahasa, dan percakapan sehari-hari. Tak hanya itu, dengan mengunggah konten di Media Sosial Instagram, YouTube, TikTok, dan lainnya, berupa konten edukasi yang menarik dalam bentuk Video tutorial, cerita pendek, dan lagu dalam bahasa daerah juga dapat menarik perhatian generasi muda dan membantu mereka belajar dengan cara yang menyenangkan.