Lihat ke Halaman Asli

Dinna Alyanni643

Seorang anak pedagang yang ingin mewujudkan cita-cita yang dianggap mustahil bagi sebagian orang.

Lirih Hati yang Sendu

Diperbarui: 4 Juli 2024   11:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Dalam sendu ku sendiri, menatap indahnya langit yang memukau ditambah dengan semilir angin dan gemuruh air yang berjatuhan diatas bebatuan, semua hal itu cukup membuat ku terpana pada dunia ini yang begitu damai jika dalam kesunyian tanpa banyaknya manusia yang munafik di sekelilingku, tapi untuk sekarang ini sudah tidak heran lagi dengan bermacam warna topeng yang dikenakan untuk memperlihatkan diri yang berbeda dengan sifat aslinya hanya untuk di senangi dan di akui oleh orang lain padahal itulah yang akan menjadi bibit kehancuran diri yang disebabkan oleh diri sendiri, itu sangat memprihatinkan bukan? Seiring dengan berjalannya waktu ditengah hiruk pikuknya hari yang ku lewati kini terlihat jelas bahwa manusia munafik itu mengincar dan selalu memfitnahku tiada hentinya hanya untuk menjadi orang yang pertama menyebarkan gosip di kampungku. Semua fitnah itu coba di abaikan supaya dalam hidup ini tidak terlalu sempit bagiku itu perlakuannya ya biarkan saja karena bagiku itu berita remeh yang tidak penting dan tidak akan membuat hidup saya hancur. Aku hanya bisa fokus pada masa depan yang sedang di rancang sedemikian rupa agar di masa depan nanti mental dan finansialku tidak berantakan dan hancur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline