Lihat ke Halaman Asli

GGS, Tanda Lanjutan dari Kehancuran Bangsa?

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lagi-lagi sinetron ini. Anda sudah eneg mendengarnya? Sama saya juga. Tapi apa judul di atas tidak berlebihan? Masa sih hanya karena sinetron bisa membuat bangsa sebesar ini hancur? Tentunya bukan hancur berkeping-keping layaknya dijatuhi bom atom yang dalam sekejap bisa menghancurkan semua. Tapi bangsa ini bisa saja hancur dengan cara yang lebih menyakitkan. Lebih tepatnya hancur secara perlahan-lahan. Yang membuat miris adalah karena hal ini disebabkan oleh ulah masyarakatnya sendiri.

Tak ada yang salah memang mencari media hiburan, salah satunya dengan menonton sinetron. Sebagaimana kita tahu, apa yang telah terjadi di dunia persinetronan Indonesia. Telah banyak kritikan tajam, komentar pedas atau bahkan berbagai macam hinaan. Tapi apa mau dikata, sepertinya semua itu tidak mampu mengubah dunia sinetron untuk jadi lebih baik.

Episode tiada akhir? Jalan cerita amburadul? Sudah, jangan ditanya lagi. Yah mungkin hal itu masih bisa dimaklumi. Sampai sebuah sinetron contekan bertemakan serigala itu muncul dan menjadi hits tersendiri. Bukan, bukan menebak akan seberapa panjang episodenya. Tapi menebak sampai kapan kita bertahan menghadapi gempuran ini.

Ganteng-Ganteng Serigala a.k.a GGS seperti racun yang telah menginfeksi para penerus bangsa. Sinetron dengan rating no 1 ini terlalu lebay dalam mengambil setiap adegannya. Tapi justru inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para remaja dan ‘anak-anak’. Mereka menampilkan bagaimana sekolah menjadi tempat yang asyik untuk berpacaran. Hidup hanya untuk mengurusi masalah cinta. Sungguh kreatif para insan televisi kita. Sampai saking kreatifnya, mereka tidak bisa berhenti menciptakan ide-ide untuk keruntuhan bangsa sendiri.

Sedemikian mudahnya anak-anak terpengaruh, tak terkecuali adik saya sendiri yang begitu menggilai GGS. Dia bisa teriak-teriak kalau ada yang mengganggunya menonton tayangan ini. Setiap hari otaknya selalu dijejalkan oleh sinetron dan FTV. Bahkan di media sosial, mereka yang menamai diri GGS Lovers (penggemar GGS) rela membela mati-matian sinetron kesayangannya ini dari siapapun yang berani mengkritik. Saya pikir ini adalah sebuah imbas dan kelanjutan dari fenomena alay yang sebelumnya sudah ada. Fenomena yang menjadi awal kerusakan moral bangsa.

Bung Karno pernah berkata “Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”

Apakah beliau masih sanggup mengatakan hal itu jika melihat para pemuda dan pemudinya yang sekarang?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline