Lihat ke Halaman Asli

5 cm: Dream Faith Fight

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Bertempat di Plaza Malang, hari ini tanggal 16 Desember 2012, saya menghadiri Nobar atau nonton bareng film 5 cm yang baru saja premier empat hari lalu bersama tiga independent community yang ada di Malang. Acara ini diselenggarakan berkat kerjasama antara Save Street Child (SSC) Malang, Sahabat 5cm dan Moviegoers. Tentu saja, acara ini diadakan bukan tanpa tujuan melainkan untuk memperkenalkan dan mempertontonkan sesuatu yang nantinya dapat diambil untuk dijadikan pelajaran, baik untuk penonton, anggota komunitas dan yang terpenting untuk adik – adik bangsa yang juga turut hadir dalam acara ini.

Tepat pukul 12.45 WIB kami berbondong – bonding memasuki studio tempat film ‘5 cm’ diputar. Kak Ika, General Coordinator dari SSC Malang mengatur rapi tempat duduk sesuai dengan nomor tiket yang telah dipesan. Kami pun duduk sesuai dengan nomor dan berbaur bersama puluhan orang lain yang ikut memenuhi studio itu, hampir tidak ada tempat kosong, semuanya penuh dengan orang yang sudah duduk bersiap menyaksikan film yang sudah ditunggu – tunggu ini. Saya duduk bersama adik – adik bangsa beserta orang – orang yang tergabung dalam tiga komunitas yang berdiri secara mandiri ini merupakan suatu kebanggan tersendiri. Sensasi yang dirasakan juga berbeda, seperti lebih ‘klik’ mendapatkan esan yang disampaikan oleh film ‘5cm’.

Film ini diangkat dari novel yang berjudul sama, ‘5cm’, karangan Donny Dhirgantoro dan disutradaioleh Rizal Mantovani. Cerita di dalam novel tidak jauh berbeda dengan yang divisualisasikan dalam bentuk film. Hal ini sungguh sangat jarang terjadi, mengingat banyak sekali film yang diangkat dari sebuah novel dan ternyata cerita yang disajikan tidak sesuai dengan yang ada di dalam novel. Penonton benar – benar dimanjakan dengan pemandangan Gunung Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa yang terletak 3676 meter diatas permukaan laut.

Para pemain yang memerankan lima tokoh utama pun merupakan aktris dan aktor papan atas yang memang sedang digandrungi oleh penikmat film Indonesia saat ini. Menurut saya, itu akan percuma bila tokoh yang diperankan tidak cocok dengan pemainnya. Tetapi hal ini tidak terjadi, Fedi Nuril sebagai Genta, Denny Sumargo sebagai Arial, Pevita Pearce sebagai Arinda (saudara kembar Arial), Realine Schah sebagai Riani, Herr Junot Ali sebagai Zafran dan Igor Saykoji sebagai Ian memainkan perannya dengan cukup bagus. Walaupun terdapat scene atau adegan yang kurang sesuai dengan novel, secara umum film ini dapat dikatan berhasil tidak mengecewakan pembacanya.

Selain itu, pesan yang ingin disampaikan pun dapat tersampaikan dengan baik bagi penonton yang menyaksikan film ini. Selain bercerita tentang cinta dan persahabatan yang memang sudah umum menjadi tema perfilman Indonesia akhir – akhir ini, nilai – nilai kehidupan dari yang paling sederhana hingga yang kompleks pun ada dalam cerita di film yang berdurasi dua jam ini. Bahkan pemerintahan dan nasionalisme pun turut dibahas didalamnya, seolah pesan ini ditujukan pada seluruh pemuda – pemudi Indonesia untuk bangga menjadi orang Indonesia, karena ditanah yang kaya akan hasil bumi inilah kita lahir, bermain, belajar, hidup dan nantinya akan kembali lagi, bersatu dengan tanah yang telah melahirkan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline