Lihat ke Halaman Asli

Dini Tamara

Mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional UPN "Veteran" Yogyakarta

Sikap Ferdinand Marcos Jr. dalam Menghadapi Isu Laut China Selatan

Diperbarui: 25 April 2023   11:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ferdinand Marcos Jr. secara resmi menjadi presiden terpilih Filipina pada tanggal 30 Juni dan banyak pengamat politik yang memprediksikan kebijakan luar negeri Ferdinand Marcos Jr. atau yang biasa disebut “Bongbong” akan berperilaku dan berhubungan dengan China seperti Rodrigo Duterte, terdahulunya. Marcos Jr. juga disebut mengikuti jejak ayahnya yaitu Ferdinand Marcos dalam menerapkan kebijakan luar negeri. Namun, nyatanya tampak ada perbedaan yang cukup menonjol antara Duterte dan Marcos Jr. dalam berinteraksi dengan China khususnya dalam merebutkan wilayah Laut China Selatan. 

Laut China Selatan adalah perairan di tepi bagian Samudra Pasifik yang berbatasan dengan beberapa negara salah satunya adalah Filipina. Perebutan wilayah Laut China Selatan antara Filipina dan China bermula ketika China menetapkan wilayah Laut China Selatan sebagai traditional fishing ground atau wilayah pencarian ikan yang telah dilakukan oleh nenek moyang sejak zaman dahulu. Pada tahun 1953, China juga membuat nine dash line atau 9 garis putus-putus sebagai pembatas untuk mengklaim wilayah Laut China Selatan termasuk Kepulauan Spratly dan Scarborough Shoal yang diklaim juga oleh Filipina. Landasan China dalam mengklaim wilayah ini banyak menuai kontra oleh negara-negara Asia Tenggara yang berbatasan dengan Laut China Selatan. 

Dalam menghadapi isu Laut China Selatan yang hingga kini belum ada titik terang, di bawah kepemimpinan Ferdinand Marcos Jr. sebagai presiden terpilih Filipina pada tahun 2022 dengan keras menyebut bahwa akan memperkuat patroli di Laut China Selatan dan menjaga wilayah yang diklaim Filipina agar tidak didominasi oleh China. Dalam kampanye Ferdinand Marcos Jr., beliau berjanji akan menegaskan putusan arbitrase Filipina mengenai isu klaim Laut China Selatan di tahun 2016 yang diusulkan oleh Filipina. Hasil putusan arbitrase ini adalah Filipina menang dan China tidak layak mengklaim wilayah di Laut China Selatan karena alasan traditional fishing area yang tidak relevan dan nine dash line yang dibuat sepihak oleh China. Nine dash line juga tidak mempunyai dasar hukum internasional yang jelas dan tidak sesuai dengan hukum UNCLOS. Walaupun hasil putusan arbitrase sudah jelas berpihak pada Filipina namun China nampaknya seakan tidak peduli dengan putusan tersebut dan tetap agresif dalam bergerak di Laut China Selatan. Marcos Jr. juga menegaskan bahwa Laut China Selatan adalah hak teritorial Filipina dan bukan sekedar asal klaim. Marcos Jr. juga mengatakan bahwa beliau akan konsisten berkomunikasi dengan China dalam menegaskan klaim Filipina di Laut China Selatan. 

Langkah Marcos Jr. sungguh berbeda dengan presiden sebelumnya yaitu Rodrigo Duterte yang tampak lebih bersahabat dengan China dan tidak pernah menuntut China untuk mematuhi keputusan pengadilan arbitrase. Duterte juga di masa pemerintahannya lebih condong pada China daripada Amerika Serikat, sekutu lama Filipina. Sikap Marcos Jr. dinilai sebagai pergeseran kebijakan luar negeri Filipina yang terlihat lebih tegas dengan tindakan China atas Laut China Selatan. Pergeseran kebijakan luar negeri Filipina oleh Marcos Jr. ini mendapat dukungan dari sekutu lama Filipina yaitu Amerika Serikat. Presiden Amerika Serikat, Joe Biden secara langsung mengucapkan selamat atas terpilihnya Marcos Jr. dan menjadi pemimpin negara pertama yang menghubungi Marcos Jr. Selain itu, Amerika Serikat yang diwakili oleh Wakil Presiden Kamala Harris dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengunjungi Manila, Filipina dan memberi dukungan atas sikap Filipina yang tegas dengan China dan mengatakan bahwa akan siap membela Filipina jika diserang di Laut China Selatan. 

Namun, walaupun langkah Marcos Jr. dalam isu Laut China Selatan nampaknya sangat tegas dan sangat berjaga-jaga dari China tapi hubungan keduanya di bidang lain tetap dijaga. Hal ini terlihat ketika Marcos Jr. mengunjungi Beijing, China pada tanggal 3-5 Januari 2023 dan menandatangani 14 kesepakatan bilateral seperti kesepakatan tentang pertanian, infrastruktur, kerjasama pembangunan, keamanan maritim, dan pariwisata. Dibalik isu Laut China Selatan, arah kebijakan politik luar negeri Marcos Jr. sepertinya menunjukkan adanya keseimbangan dalam berhubungan dengan berbagai pihak. Marcos Jr. nampaknya senang untuk mencari posisi aman dengan berhubungan dengan China dan Amerika Serikat. 

Dalam menanggapi isu Laut China Selatan, Filipina di bawah kepemimpinan Marcos Jr. menerapkan independent foreign policy. Kebijakan luar negeri yang independen ini maksudnya Filipina tidak berpihak pada satu pihak dan berusaha menyeimbangkan hubungan dengan mana pihak manapun yang sangat menguntungkan Filipina. Walaupun Filipina dan China bekerja sama dibidang perekonomian dan pembangunan infrastruktur namun Filipina tetap tegas dengan memperjuangkan klaim wilayah mereka di Laut China Selatan dengan cara tetap berkomunikasi dengan China dan menegaskan kembali keputusan pengadilan arbitrase yang dimenangkan oleh Filipina di tahun 2016 lalu.

Marcos Jr. juga mengatakan bahwa akan bersiap siaga melawan jika ada ancaman yang mengganggu kedaulatan Filipina oleh China termasuk agresivitas China di Laut China Selatan. Bersama Xi Jinping, Presiden Republik Rakyat China dan Marcos Jr. sepakat akan menyelesaikan konflik Laut China Selatan secara damai dan diplomasi sambil bekerjasama di bidang lain dan meningkatkan hubungan ekonomi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline