Lihat ke Halaman Asli

Dini Nuris

penulis, blogger, dan guru

Semenanjung Korea Memanas, Akankah Korsel Menjadi Hiroshima-Nagasaki Selanjutnya?

Diperbarui: 10 September 2024   15:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Nuklir (Sumber: Kompas.com)

Pembentukan pakta pertahanan baru antara Korea Utara (Korut) dengan Rusia membuat Korea Selatan (Korsel) panas-dingin lalu menggencarkan latihan gabungannya dengan Amerika Serikat (AS) di Korsel. Semenanjung Korea memanas. Akankah hal itu akan berkembang menjadi Perang Dunia III (perang nuklir) dan Korsel menjadi Hiroshima-Nagasaki selanjutnya?

Konflik dan perang antar negara sudah terjadi sejak dulu dan sulit dihindari, begitupun perpecahan negara dan reunifikasi, semua sudah pernah terjadi. Lalu mengapa ancaman perang antara Korut-Korsel ini begitu ditakuti? Tak lain karena jika senjata nuklirnya ikut serta dampaknya bisa meluas ke negara-negara lain di dunia.

Dulu, Vietnam Utara dan Selatan pun berperang, tetapi mereka tidak menggunakan nuklir. Vietnam bahkan menegaskan bahwa mereka tak memiliki, menguasai, atau mengendalikan senjata nuklir, tak pernah memilikinya, dan tak menyimpan senjata nuklir negara lain di wilayahnya (www.icanw.org). Sementara pada perang Cina dan Taiwan, Cina memang memiliki nuklir dan Taiwan pun sedang mengembangkannya, tetapi Taiwan terpergok AS sedangkan nuklir Cina berhasil diredam AS.

Sejak perpecahan Korea menjadi 2 pada tahun 50-an, Korut dan Korsel akhirnya menjadi musuh bebuyutan. Korut sangat agresif membangun militernya dan memamerkan nuklir serta rudal-rudalnya, sementara Korsel menempel erat pada AS dan menerapkan wajib militer bagi para pemudanya. Berbeda dengan Korut yang punya banyak senjata nuklir dan letaknya dekat dengan sekutu-sekutunya (Cina dan Rusia), Korsel tak punya nuklir dan sangat jauh dari AS, sehingga AS membangun pangkalan militer terbesarnya di Korsel (Yongsan dan Camp Humphreys) untuk melindunginya.

Posisi Korut dan Kemunafikan Amerika

Ilustrasi Militer AS (Sumber: Aawsat.com)

Dalam menyikapi perang Korut-Korsel kita perlu memahami dulu mengenai kemunafikan AS. Meski saat ini Federation of American Scientists menyebut senjata-senjata nuklir telah dimiliki oleh 9 negara, entah mengapa sikap AS terkesan tebang pilih. Rusia, Perancis, Cina, Inggris Raya, Israel, Pakistan, dan India juga memilikinya, selain Korut dan AS sendiri. Bahkan, pada saat Amerika menghancurkan Irak dengan alasan memiliki nuklir, negaranya sendiri malah merupakan pengguna senjata nuklir yang pertama sekaligus pemilik senjata nuklir terbanyak di dunia selain Rusia, sementara dugaan kepemilikan nuklir oleh Irak tak pernah terbukti kebenarannya.

Di dalam Sociae Polites Vo. V No. 19, Juni 2003, Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UKI, Jakarta, yang berjudul Standar Ganda Kebijakan AS Terhadap Irak dan Korea Utara Atas Upaya Pengembangan Senjata Nuklir, Donna Juliarti Simanjuntak menjelaskan mengenai standar ganda sikap AS ini, AS menindak dugaan kepemilikan nuklir Irak dengan agresi militer, sementara Korut yang jelas-jelas memiliki senjata nuklir hanya dikenai tekanan atau sanksi ekonomi. Tentu saja keputusan ini membuat Mantan Penasihat Keamanan Nasional AS, Zhigniew Brzezinsky dan Mantan Menteri Luar Negeri AS, Henry Kissinger keheranan.

Sikap pilih kasih juga ditunjukkan AS terhadap Cina. Pentagon telah mengendus  meroketnya persenjataan nuklir Beijing hingga lebih dari 20 persen antara 2021 dan 2023. Cina bahkan sudah mengaku bahwa mereka akan membom nuklir Taiwan jika mereka kalah serta terus menekan dan meningkatkan aktivitas militer di sekitar Taiwan dalam 4 tahun terakhir ini. Cina jelas-jelas memiliki senjata nuklir dan berniat melakukan agresi, tetapi lagi-lagi AS tak menghancurkannya seperti terhadap Irak. (www.liputan6.com, 24/6/2024)

Artinya, meskipun seolah AS sekutu Korsel, kita tidak benar-benar tahu hubungan pasti antara AS dengan Korut dan Cina.

Pemetaan Kekuatan Korut dan Korsel

Ilustrasi Kerja sama militer Korut-Rusia (Sumber: Kompas.com)

Terpecahnya Korea menjadi Korea Utara dan Selatan terjadi pasca kekalahan Jepang pada Perang Dunia II. Korut menjadi milik Rusia, sedangkan Korsel menjadi jatah AS. Hingga kini yang menjadi sekutu utama Korut adalah Rusia dan Cina, sedangkan Korsel bersekutu dengan AS dan Jepang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline