Lihat ke Halaman Asli

Dinina Mutoharoh

Mahasiswi UIN Walisongo Semarang

Profil Pribadi Konselor yang Ideal dalam Layanan Bimbingan dan Konseling

Diperbarui: 29 Mei 2024   22:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bimbingan dan Konseling merupakan layanan profesional yang komprehensif yang membantu individu untuk mencapai potensi pertumbuan yang optimal, dan membantu dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya. 

Dalam layanan Bimbingan dan Konseling terdapat seorang konselor dan klien. Konselor adalah tenaga profesional yang memberikan bantuan kepada individu menggunakan pengetahuan dan keterampilannya. Sedangkan konseli adalah individu atau kelompok yang diberi bantuan oleh tenaga profesional (konselor). Konseling mempunyai tujuan, yaitu membantu dan mendampingi setiap klien dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya. 

Profesi konseling merupakan keahlian yang dilakukan oleh seseorang yang berpengetahuan dan berpengalaman. Profesionalisme dalam konseling tentunya sangat penting dalam pelayanan bimbingan dan konseling.  

Sebagai orang yang mendampingi klien dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang muncul, konselor tentunya pernah mengikuti pelatihan khusus agar mahir dalam setiap bidangnya. Dengan ini setiap tindakan yang dilakukan oleh seorang konselor harus diperiksa kembali, terus diperbaiki semua tindakan yang kurang tepat dan mampu bertanggung jawab dengan semua tindakan yang telah diambil. 

Dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling, kepribadian seorang konselor cukup penting. Karena nantinya akan menjadi penentu dalam keefektifan proses konseling. Pada dasarnya, konselor yang efektif adalah mereka yang mampu membangun hubungan konseling yang positif dan produktif dengan klien. Untuk itu, konselor perlu memiliki karakteristik kepribadian yang sehat, keterampilan interpersonal yang baik, serta integritas dan komitmen profesional yang tinggi. Profil pribadi konselor yang ideal akan memungkinkan terjalinnya rapport yang baik, saling percaya, dan kolaborasi yang konstruktif antara konselor dan klien.

Kepribadian tidak semata -mata terbentuk dari pengalaman, tetapi merupakan suatu integritas dari kemauan dan kemampuan yang ada pada diri konselor untuk dapat bersikap sekaligus bertindak sebagai konselor yang profesional. Kepribadian merupakan salah satu titik tumpu dari kemampuan lain yaitu keterampilan dan juga pengetahuan konselor. Maka dari itu, semua  aspek itu harus ada dalam diri konselor dan harus saling berkaitan satu sama lain. Perilaku sehari-hari seorang konselor akan menjadi modal utama dalam menjalankan konseling.

Dalam konteks ini, pemahaman yang mendalam tentang profil pribadi konselor yang ideal menjadi penting. Hal ini dapat membantu calon konselor maupun konselor yang sudah berpraktik untuk memahami dan mengembangkan diri sesuai dengan tuntutan profesi. Selain itu, pemahaman ini juga berguna bagi pihak-pihak terkait, seperti lembaga pendidikan konselor dan organisasi profesi, dalam merancang program pengembangan konselor yang komprehensif. 

Konselor diharapkan memiliki pribadi yang dapat mencerminkan perilakunya sehingga mampu membantu konselinya. Agar proses konseling dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka seorang konselor harus memiliki karakteristik sebagai seorang konselor.

Karakteristik konselor

  • Pemahaman Diri. Seorang konselor harus bisa memahami dirinya dengan baik.  Baik dari segi memahami perasaannya, kekurangan dan kelebihan, memahami apa saja kebutuhan dirinya menjadi seorang konselor. Jika seorang konselor bisa memahami dirinya sendiri dengan baik maka nantinya akan jauh lebih baik dalam memahami kliennya.
  • Memiliki kesehatan psikologis yang baik. Konselor yang memiliki kesehatan psikologis yang baik mampu menetapkan arah konseling yang efektif. Seperti mamapu menyelesaikan semua permasalahan yang dihadapinya hingga dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik.
  • Dapat dipercaya. Konselor merupakan tempat yang aman bagi seorang klien. Artinya bahwa seorang konselor bukan sebagai suatu ancaman bagi konseli dalam proses konseling, dimana seorang konseli dapat menceritakan semua permasalahan yang sedang dihadapinya tanpa takut akan disebarluaskan kepada orang lain. Maka dari itu seorang konselor harus dapat dipercaya baik dari segi ucapannya ataupun tindakannya.
  • Bertanggung Jawab Dan Beretika. Seorang konselor dalam proses layanan bimbingan dan konseling harus mematuhi kode etik profesi konseling dan mampu bertanggung jawab atas semua tindakan yang telah diambil.
  • Jujur. Dalam hal ini seorang konselor harus transparan (terbuka), agar dalam proses konseling tidak ada unsur kebohongan sehingga mampu membangun sebuah kepercayaan antara seorang konselor dengan konselinya.
  • Hangat. Konselor dalam layanan bimbingan dan koseling hars memiliki pribadi yang ramah, penuh dengan perhatian dan kasih sayang kepada kliennya. Dari hal ini akan menumbuhkan rasa nyaman dalam diri klien yang kemudian klien akan terbuka dengan konselor mengenai semua permasalahan yang sedang dihadapinya.
  • Responsif. Seorang konselor dalam menangani permasalahan kliennya dituntut untuk responsif. Artinya, seorang konselor harus bisa memberikan bantuan kepada klien dengan langsung agar klien dapat menemukan solusi dari semua permasalahannya.
  • Kepekaan. Artinya, dalam proses konseling seorang konselor harus peka terhadap apa yang sedang dialami oleh kliennya.seperti memahami kondisi emosial klien, menangkap isyarat verbal maupun non-verbal dari klien, menyesuaikan pendekatan kepada klien dan dapat mendeteksi perubahan sekecil apapun yang ada pada diri klien. 
  • Sabar. Melalui kesabaran yang dimiliki oleh seorang konselor dalam proses konseling, nantinya klien akan bisa mengembangkan banyak hal, seperti kepercayaan diri, kesadaran diri, kemampuan untuk bisa mengatasi masalah, mengelola emosi dan motivasi untuk berubah. 

REFERENSI

Triyono, T., & Febrianti, R. D. (2018). Pentingnya Pemanfaatan Teknologi Informasi oleh Guru Bimbingan dan Konseli. JUANG: Jurnal Wahana Konseling, 1(2).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline