Lihat ke Halaman Asli

Dini Fat Zhara Nuari

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Perubahan Iklim Semakin Ekstrem Mampukah Manusia Menjaga Kestabilan Bumi

Diperbarui: 22 November 2023   01:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Intense storms from global warming, and a mission to study them (earthsky.org) 

SERANG - Perubahan iklim sebenarnya adalah hal yang  terjadi secara alamiah. Pergantian dari musim ke musim sebenarnya juga merupakan perubahan iklim. Hanya saja istilah perubahan iklim (climate change) saat ini lebih mengerucut pada peristiwa perubahan iklim ekstrim berupa pemanasan suhu bumi (global warming). Data yang didapat mengungkap bahwa pemanasan global memiliki bagian yang cukup besar dalam perubahan iklim yang terjadi di 10 tahun terakhir ini.

Ada 2 penyebab utamanya yang menjadi pemicu untuk Perubahan Iklim, yang Pertama terjadi secara Natural contohnya seperti erupsi gunung berapi, aktivitas matahari, dan perubahan sirkulasi laut dan yang Kedua terjadi karena Ulah manusia Seperti pembakaran bahan bakar fosil, batu bara, minyak, pembuangan asap pabrik dan transportasi yang berlebihan, itu semua menghasilkan emisi gas rumah kaca yang akan menumpuk di atmosfer sehingga menyebabkan perubahan iklim secara global. Jadi, apa itu Perubahan Iklim?

Perubahan iklim adalah pergeseran pola cuaca global, yang terutama disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil, penggundulan hutan, dan polusi. Perubahan iklim telah menyebabkan kenaikan suhu rata-rata di seluruh dunia, mencairnya lapisan es di kutub, dan peningkatan intensitas kejadian cuaca ekstrem seperti gelombang panas, angin topan, dan kekeringan.

Laporan dari para ilmuan yang mengamati bahwa es laut Antartika telah menyusut ke level terendah yang pernah ada berdasarkan data nasional snow and ice daerah center pada 27 juni 2023 luas es mencapai 11,7 juta km2 hampir 2,6 juta kilometer persegi di bawah rata-rata untuk tanggal yang sama dalam periode 1981 sampai 2010 dengan kata lain luas area yang hilang hampir 4 kali Ukuran Texas.

Permukaan laut naik drastis menyebabkan badai ekstrem kota-kota pesisir tersapu pasang dan surut. Banjir menewaskan ribuan dan menggusur jutaan orang. Beberapa kota terpadat di dunia selamat termasuk Alexandria, Cairo, Mumbai, Shanghai, bangkok, dan tentu saja Jakarta. Orang-orang harus mengungsi ke tempat yang lebih tinggi setiap hari kita akan melihat rombongan keluarga yang sedang mengarungi banjir.

Perubahan iklim yang semakin tidak terkendali banyak menyebabkan bencana alam seperti banjir, badai, dan kekeringan. fakta bahwa bongkahan es di dunia mencair sebanyak 13.500 Metrik ton per detik ini menyebabkan permukaan air laut naik drastis jika hal ini dibiarkan terjadi diperkirakan kota besar seperti Jakarta tenggelam di tahun 2050 dan memaksa negara untuk membangun banyak bendungan yang biaya pembangunannya saja bisa sampai 1,204 triliun.

Warnings from Antarctica | PBS NewsHour 

Perubahan suhu, banjir, urbanisasi, dan pergerakan populasi manusia mengakibatkan penyebaran penyakit, setengah dari populasi dunia beresiko tertular malaria atau demam berdarah, wabah baru bisa melampaui angka kematian penyakit jantung dan menciptakan krisis perawatan kesehatan.

Ada beberapa halyang bisa kita lakukan sebagai Individu

1. Kurangi penggunaan bahan bakar fosil. gunakan Transportasi umum untuk mengurangi karbon dioksida akibat asap yang berasal dari bahan bakar fosil yang digunakan.
2. Hemat energi. Cabut semua charger atau colokan yang tidak dipakai. Data yang ada mencatat 37% emisi karbon dioksida datang dari produksi listrik.
3. Tolak penggunaan kantong plastik sekali pakai. Membawa kantong sendiri dari rumah di saat ingin berbelanja.
4. Tolak pemakaian botol sekali pakai. Cari dan temukan cara terbaik untuk mendaur ulang botol serta barang-barang bermaterial plastik yang telah digunakan.
5. Menanam tanaman di sekitar rumah. Hal ini membantu penyerapan karbon dioksida di udara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline