Lihat ke Halaman Asli

Rahma Dini

Sanguinis

Bisnis Hidroponik Punya Nilai Tambah Unik

Diperbarui: 28 Desember 2019   20:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak nomor 4 di dunia. Pertambah jumlah penduduk yang semakin hari seakin meningkat menjadikan Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris kehilangan jati dirinya. Ahli fungsi lahan yang terjadi di sebagian besar wilayah indonesia menyebabkan berkurangnya luas lahan pertanian, terutama di kota besar. Pada tahun 2017 luas lahan baku sawah masih 7,75 juta hektar, sedangkan tahun 2018 turun menjadi 7,71 juta hektar (BPS, 2018). 

Beberapa teknologi baru di bidang  pertanian muncul untuk mengatasi permasalah tersebut. Saat ini beberapa teknologi pertanian dapat melakukan budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah, media lain yang digunakan dapat berupa pasir, busa, dan air. Salah satu teknologi bercocok tanam di Indonesia yang sedang populer adalah hidroponik, nah tahukah anda apa itu hidroponik?

Hidroponik atau hydroponos berasal dari bahasa latin (Greek), yaitu hydro yang berarti air dan phonos yang berarti kerja, sehingga hidroponik dimaksud menggunakan air sebagai media untuk menggantikan tanah (Istiqomah, 2007). 

Jadi, hidroponik dapat diartikan sebagai suatu pengerjaan atau pengelolaan air sebagai media tumbuh tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam dan mengambil unsur hara mineral yang dibutuhkan dari larutan nutrisi yang dilarutkan dalam air. Hidroponik juga merupakan teknik penanaman dengan media nontanah, bisa berupa kerikil, pasir kasar, atau sabut kelapa. Sebenarnya hidroponik sudah dikenal sejak lama, akan tetapi baru terbatas dalam pertanian.

Istilah hidroponik muncul pada tahun 1963 melalui hasil uji coba seorang agronomis dari Universitas California, USA, yang menanam tomat setinggi 3 meter yang penuh buah dan ditanam dalam bak berisi mineral (Lingga, 2006). 

Hidroponik merupakan ilmu yang sangat muda, baru digunakan secara komersial selama 40 tahun. Namun, bahkan dalam periode waktu yang relatif singkat ini, hidroponik telah disesuaikan dengan banyak situasi, dari budidaya di lapangan terbuka maupun di dalam ruangan menggunakan rumah kaca (greenhouse). 

Hidroponik juga digunakan di negara-negara berkembang untuk memproduksi sayuran secara intensif di area terbatas seperti gurun dan pinggiran pantai. Pada area yang tidak memiliki ketersediaan air bersih, hidroponik dapat dilakukan dengan menggunakan air laut yang didesalinasi (Sheikh, 2006).

Nilai tambah dan Keunikan Hidroponik

Hidroponik masuk dan berkembang di Indonesia terbilang masih baru, sekitar tahun 1980-an. Bob Sadino menjadi salah satu orang yang pertama kali memeperkenalkan cara tanam hidroponik pada masyarakat Indonesia (Sutanto, 2015). 

Meskipun begitu, perkembangan hidroponik di Indonesia terbilang lamban. Hal ini dikarenakan hidroponik membutuhkan investasi tinggi dan keahlian khusus dalam membudidayakannya, belum lagi masalah teknologi yang akan digunakan dalam pengaplikasiannya. Tren hidroponik di Indonesia mengalami peningkatan seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat.

Budidaya tanaman secara hidroponik mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan budidaya secara konvensional. Menurut Aini dan Nur (2018), keuntungan budidaya tanaman menggunakan sistem hidroponik adalah yaitu, fleksibel, karena dapat diterapkan pada berbagai kondisi, pengontrolan nutrisi mudah dilakukan, hasil produksi lebih tinggi, produk yang di hasilkan lebih seragam, kualitas produk lebih terjamin terutama dalam hal kebersihan dan keamanan produk, hemat tenaga kerja, hemat air dan pupuk, hampir tidak ada hama, serta mudah dalam perawatan dan pemeliharaan. Lalu, adakah nilai tambah dari budidaya hidroponik ini?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline