Lihat ke Halaman Asli

Dini Anggreni

Mahasiswa

Nilai-Nilai Tri Hita Karana di Kehidupan Sehari Hari dalam Budaya Bali dan Agama Hindu

Diperbarui: 21 September 2023   09:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nama : Ni Putu Dini Anggreni

NIM    : 2315091064

Matkul : THK

Prodi : Sistem Informasi

Sebagai umat Hindu Bali, saya akrab dengan ajaran Tri Hita Karana. Tri Hita Karana merupakan sebuah konsep yang selalu menekankan bagaimana  sesama makhluk dapat berdiri berdampingan dan saling menyapa tanpa menimbulkan gelombang kebencian, penuh toleransi, dan penuh kedamaian.

 Budaya Bali juga menjaga nilai-nilai keseimbangan dan harmoni yang terkandung dalam konsep Tri Hita Karana. Penerapan Tri Hita Karana dalam kehidupan  Hindu antara lain hubungan manusia dengan Tuhan yang diwakili oleh Dewa Yadnya, hubungan manusia dengan lingkungan alamnya yang diwakili oleh Bhuta Yadnya, dan hubungan antara  Pitra, Resi, dan manusia. adalah hubungan antar manusia yang diungkapkan dalam Yadnya. Tri Hita Karana  secara leksikal dapat diartikan sebagai kebahagiaan atau tiga penyebab kesejahteraan. Istilah ini berasal dari kata tri yang berarti tiga, hita yang berarti keseimbangan atau kesejahteraan, dan karana yang berarti sebab. Ketiganya adalah Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan. Tri Hita Karana dapat diamalkan dalam banyak bidang seperti budaya, adat istiadat, agama, suku, keluarga, dan lain-lain.

Parahyangan berasal dari kata para (yang tertinggi) dan hyang (dia) yang berarti Tuhan. Parahyangan berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan ketuhanan atau agama yang berkaitan dengan pemujaan terhadap Ida Sanghyang Widhi Wasa/Brahman Pencipta/Tuhan Yang Maha Esa. Pawongan berasal dari kata Wong (Wang dalam bahasa Jawa/Kawi) yang berarti "orang". 

Pawongan adalah tentang interaksi dengan orang-orang dalam  kehidupan bermasyarakat. Dalam arti sempit, suatu bangsa adalah sekelompok orang yang hidup dalam suatu komunitas. Manusia adalah makhluk sosial dan tidak bisa hidup sendiri. Membutuhkan bantuan dan kerjasama dari orang lain. Oleh karena itu, hubungan satu sama lain harus selalu baik dan harmonis. Yang ketiga adalah Palemahan, palemahan berasal dari kata lemah (Jawa) yang berarti tanah. Palemahan juga bisa berarti bwana atau alam. Dalam arti sempit, palemahan berarti  pemukiman atau kawasan pemukiman. Manusia hidup dalam  lingkungan tertentu. Manusia memperoleh zat-zat yang diperlukannya untuk hidup dari lingkungan. Oleh karena itu, manusia sangat bergantung pada lingkungan. Oleh karena itu, masyarakat hendaknya selalu memperhatikan keadaan dan kondisi lingkungannya.

Implementasi Tri Hita Karana sebenarnya bisa diterapkan kapanpun dan dimanapun dan idealnya Tri Hita Karana ini bisa diterapkan dan diamalkan dalam setiap aspek kehidupan manusia. Tri Hita Karana ini  sangat kaya akan ajaran etika serta cara kita meyakininya. Melalui praktik kehidupan sehari-hari, kita menghargai hubungan antara manusia dan alam semesta  yang memberi kita kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia selalu mencari kebahagiaan dan selalu mengharapkan agar dapat hidup secara damai dan tentran baik antara manusia dalam hal ini tetangga yang ada dilingkungan tersebut maupun dengan alam sekitarya. Dalam budaya Bali yang sesuai dengan adat istiadat dan agama Hindu, Tri Hita Karana pada Parahyangan dapat diimplementasikan seperti mebanten ketika hendak melakukan suatu kegiatan seperi membuka lahan perkebunan yang baru, melaksanakan puja tri sandya, dengan sradha dan bhakti menghaturkan yadnya dan persembahyangan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, melakukan punia tanpa ada rasa pamrih, melakukan tirta yatra (perjalanan suci) ke tempat-tempat suci atau pura pura yang bisa mengantarkan pada nilai-nilai kesuciannya. Pada bagian Pawongan, implementasi yang dapat dilaksanakan dengan saling menghargai antar sesama manusia, menjaga toleransi antara umat beragama, dalam adat istiadat di bali pawongan dapat dilihat dalam budaya ngayah yang dilaksanakan oleh masyarakat untuk membantu suatu acara atau piodalan. Dengan melaksanakan ngayah dapat meningkatkan komunikasi antar sesama, yang dapat meningkatkan keharmonisan dalam bermasyarakat. Yang terakhir, Palemahan, dapat diimplementasikan dengan melakukan gotong royong membersihkan lingkungan, menanam dan merawat tumbuhan, tidak merusak lingkungan, seperti membakar hutan, menebang pohon sembarangan, dan penggundulan lahan secara sembarangan, tidak membunuh dan menyakiti hewan liar yang ada di sekitar kita dan masih banyak lagi. Dengan lingkungan yang baik maka kehidupan kita sebagai manusia juga akan menjadi aman dan nyaman.

            Masyarakat Bali yang beragama Hindu selalu menanamkan konsep Tri Hita Karana dalam melaksanakan aktivitas sehari hari. Berkat konsep Tori Hita Karana, Bali dikenal dengan keramahannya, ragam keunikan budaya dan tradisinya, serta  lingkungan alamnya yang masih terjaga.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline