Puisi 1: Retaknya Rumah Tangga
Rumah yang dulu indah bercahaya, Kini retak dan sunyi senyap. Luka dan dendam merajai ruang, Di antara kita yang dulu harmoni.
Kata-kata tajam layaknya pedang, Telah memotong ikatan cinta kita. Anak-anak terdiam dalam kebingungan, Hilangnya kedamaian dalam suasana.
Kita perlu temukan jalan kembali, Menyembuhkan luka dan retakan ini. Kehangatan keluarga kembali tercipta, Menggantikan dinginnya hampa dan kehampaan.
Puisi 2: Jejak Retak di Hatiku
Jejak retak terukir di hatiku, Keluarga yang dulu rapuh kini pecah. Biru langit tergantikan mendung kelabu, Tak lagi ada senyum dalam foto-foto lama.
Suara cemburu dan pertengkaran, Mengisi ruang yang dulu penuh tawa. Anak-anak menangis dalam diam, Mereka tumbuh dalam ketidakpastian.
Tapi masih ada harapan di sini, Memperbaiki apa yang telah hancur. Mungkin membutuhkan waktu dan usaha, Namun keluarga bisa kembali bersatu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H