Kebudayaan adalah unsur penting yang tidak boleh dilupakan oleh Nusantara. Budaya atau kebudayaan merupakan cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama yang dapat diwariskan dari satu generasi kegenerasi lainnya yang perlu dijaga serta dilestarikan. Adapun unsur kebudayaan yang tidak boleh dilupakan ialah bahasa dan aksara.
Bahasa merupakan alat untuk komunikasi atau berinteraksi dengan manusia, sebagai alat untuk bertukar pikiran. Sedangkan aksara memiliki arti sebagai suatu sistem simbol visual yang tertera pada kertas maupun media lainnya (batu, kayu, kain, dan lain-lain) untuk mengungkapkan unsur-unsur yang ekspresif dalam suatu bahasa. Istilah lain untuk menyebut aksara adalah sistem tulisan. Selain itu aksara juga memiliki pengertian sebagai sebuah sistem penulisan suatu bahasa dengan menggunakan simbol-simbol atau keseluruhan sistem tulisan, misalnya aksara Latin, aksara Arab, aksara Sunda, dan lain-lain. Mempelajari bahasa dan aksara kuno sangatlah penting bagi kita yang ingin melakukan penelitian terhadap naskah kuno.
Naskah Kuno atau Manuskrip adalah dokumen dalam bentuk apapun yang ditulis dengan tangan atau diketik yang belum dicetak atau dijadikan buku tercetak yang berumur 50 tahun lebih (). Naskah kuno banyak tersebar diberbagai penjuru, biasanya naskah kuno dapat tersebar melalui perdagangan, perkawinan, hadiah, dan koleksi. Salah satu naskah kuno yang terdapat di Indonesia tepatnya di Surakarta adalah naskah Serat Wulang Dalem Paku Buana II yang ditulis oleh Sri Paku Buwana II pada abad ke 18-19 pada masa Surakarta, diantaranya berupa "sastra wulang". Sastra wulang memuat kandungan pesan yang tersurat dan tersirat. Kata "wulang" bermakna pesan, ajaran, pedoman, tata negara/ tata pemerintahan, tuntunan, dan bimbingan.
Naskah Serat Wulang Dalem Paku Buana II ini disalin pada hari Kamis malam tanggal 15 Ruwah tahun 1778 J (1856 M) oleh Pangeran Cakra Adiningrat. Keterangan tersebut dapat dilihat pada bagian awal teks, yaitu pada pupuh Sinom bait satu. Selanjutnya pada biat ke empat terdapat keterangan waktu, yaitu Sabtu Legi tanggal 24 Syawal 1751 J (1829 M). Pada bait ke empat yang merupakan keterangan waktu dimana penulisan teks yang ditulis oleh Cakra Adiningrat. Pada bagian awal teks juga menginformasikan penulis naskah, yaitu Sunan Ngelangkungan. Adapun tujuan dibuatnya serat ini sebagai ajaran atau pedoman, agar dijauhi dari celaka dan diberi kesalamatan. Hal tersebut dapat dilihat pada bait lima pada pupuh Sinom. Pada naskah ini juga terdapat nilai religius yang bercampur dengan nilai sosialnya. Naskah Serat Wulang Dalem Paku Buana II, pada bagian pupuh Sinom terdapat beberapa bait yang menjelaskan bahwa pentingnya bagi kita untuk mempelajari sastra Jawa dan sastra Arab. Sastra Jawa biasanya dalam bentuk prosa yang sering disebut gancaran dan dalam bentuk puisi biasanya sering disebut dengan istilah tembang. Adapun isi pada tembang ini biasanya puisi yang berupa pedoman atau ajaran terkait kehidupan. Sedangkan sastra merupakan tulisan atau cerita lisan yang ditulis menggunakan bahasa Arab atau penulis-penulis berkebangsaan negara-negara Arab. Hal tersebut dapat dilihat pada
"Setidak-tidaknya makhluk hidup itu, harus mengetahui salah satu, satu namun jelas, dapat menjadi sebab budi, pekerti menjadi baik, memperbaiki raga, sebenarnya sastra Arab menjadi, pengetahuan batin, sastra Jawa menjadi pengetahuan lahir." (Bait 12 pupuh Sinom)
Kutipan diatas salah satu bagian dari pupuh sinom pada bait ke 12, dijelaskan bahwa pada masa tersebut sastra Jawa dan sastra Arab saling berkaitan. Dimana keduanya memiliki fungsi sebagai pedoman atau ajaran yang didalamnya mengandung ajaran-ajaran dasar kehidupan mengenai moral, sosial, religius, dan lainnya. Ajaran tersebut sangatlah penting dalam membentuk karakter atau kepribadian yang baik agar tidak salah dalam berprilaku kepada sesama manusia lainnya.
"Jika tidak memahami salah satu di antaranya, misalnya meliputi sastra Jawa, maka tidak akan dapat menyerap, ajaran ayah dan nenek moyang, yang telah termuat dalam hasil yang telah diusahakan, dan lagi dapat terlihat mata, tertanda dalam berbagai pesan, menjadi kenyataan dalam segala perilaku, semua itu menjadi juru bahasa pemakna bagi hati." (Bait 13 pupuh Sinom)
Dari uraian di atas serta kutipan-kutipan yang terdapat dalam teks naskah Serat Walung Dalem Paku Buana II pada bagian pupuh Sinom,bahwa sastra Jawa dan sastra Arab memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan guna membentuk karakter diri yang baik sesuai dengan ajaran nenek moyang yang terkandung dalam tembang yang ditulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H