Akhir-akhir ini kasus kekerasan seksual tengah marak di masyarakat. Masih banyak masyarakat yang kerap kali menyalahkan sang korban tanpa mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi. Ada beberapa yang menganggap bahwa sang korban berpakaian terlalu terbuka dan memicu hasrat para predator, sehingga terjadilah pelecehan seksual. Dan rata-rata para korban tidak melawan atau melaporkan kejadian tersebut.
Pernahkah kalian bertanya-tanya, mengapa banyak korban yang tidak melakukan perlawanan saat mengalami pelecehan seksual? atau bahkan kalian pernah berpikir "Mungkin si korban setuju untuk melakukan hubungan tersebut."
Tapi tunggu dulu, sebelum kalian menyimpulkan mari kita pelajari kondisi psikologis yang mungkin dialami korban.
Tahukah kalian bahwa ada kondisi psikologis di mana seseorang tidak dapat merespons apa pun saat mengalami ketakutan yang luar biasa. Kondisi ini disebut dengan Tonic Immobility. Menurut Murray P. Abrams, dkk (2009) "Tonic Immobility (TI) adalah keadaan perilaku sementara penghambatan motorik yang diperkirakan terjadi sebagai respons terhadap situasi yang melibatkan ketakutan yang intens, seperti penyerangan seksual"
Hubungan Tonic Immobility dengan Penyerangan Seksual
Korban kekerasan seksual sering kali melaporkan bahwa mereka kehilangan kemampuan untuk bergerak ataupun berteriak selama penyerangan. 37% dari korban pemerkosaan dilaporkan mengalami beberapa kelumpuhan saat ditanya bagaimana mereka mengatasi pengalaman pelecehan seksual yang terjadi. Para korban merasakan lemas, gemetar, dan menjadi sangat kaku, mereka tidak dapat menyuarakan apa pun dan mati rasa. Maka dari itu para korban tidak dapat melakukan perlawanan selama penyerangan.
Setelah mengetahui kondisi seperti apa yang dialami korban, apakah kita masih bisa menyalahkan mereka?. Para korban kekerasan seksual membutuhkan banyak dukungan emosional dari orang-orang terdekatnya dan mereka juga memerlukan dukungan dari masyarakat serta pemerintah.
So, stop blaming the victim!
Yuk, kita rangkul para korban kekerasan seksual agar berani untuk melaporkan kekerasan yang terjadi terhadap mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H