Lihat ke Halaman Asli

dinithea

Crafter

Soto Markeso yang Segar dan Menggugah Selera

Diperbarui: 21 Maret 2019   06:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Dok. Pribadi

Siapa tak kenal Soto Markeso? Soto yang mangkal di sekitar Taman Slamet Kota Malang  ini selalu ramai diserbu pembeli sejak pagi. Kalau tak ingin kehabisan jangan  terlalu siang datang kesana, karena bisa jadi akan kehabisan. 

Seperti saya yang datang jam 9.30 hari itu masih bisa bersyukur karena mendapatkan mangkok terakhir sebelum pemiliknya tutup lapak. Saya penasaran dengan kisah Pak Makeso ini. Setelah berkenalan , mengalirlah cerita dari lelaki  kelahiran 1964 ini. 

Sekitar tahun 1987, pak Markeso  yang tak mengenyam pendidikan formal ini mulai berjualan soto daging berkeliling. Perjalanan  mendorong gerobak dimulai pukul 05.30 dari rumahnya di Jalan Muharto. Rutenya bisa sampai Dinoyo dan baru sampai di rumah ketika Maghrib menjelang. Setelah 2 tahun berkeliling, mulailah pak Markeso mangkal di jalan Simpang Balapan. 

Saat itu pelanggan sudah mulai ramai. Namun takdir berkata lain, setelah 10 tahun berjualan disana, ada penjual soto lain yang mengisi tempat itu sebelum pak Markeso datang. Pak Markeso pun mengalah dan pindah ke beberapa tempat ,sampai akhirnya mangkal di dekat pom bensin jl Kawi. Selama 15 tahun pak Markeso berjualan di tempat ini. 

Sampai akhirnya pada tahun 2002 lokasi jualannya ini mengalami pembangunan dan terpaksa Pak Markeso kembali mencari tempat baru. Karena langganannya sudah banyak maka dipilihlah tempat yang tidak terlalu jauh dari lokasi pom bensin yaitu di jl Sindoro dekat Taman Slamet dan berjalan sampai hari ini.

Proses pembuatan soto dimulai dengan pembelian bahan baku yaitu daging sapi dan jeroan sapi  di Pasar Besar dan Pasar Kebalen pada pukul 6 pagi. Setelah itu direbus sampai matang lalu diiris-iris. 

Proses pengolahan bumbu dan pembuatan kuah dilanjutkan jam 02.00 sampai subuh. Pak Markeso masih bertahan dengan cara manual karena merasa bumbu yang diblender merubah rasa otentiknya. Dilihat dari prosesnya maka ada pembagian tugas yaitu pembelian daging dan merebus sampai matang oleh anaknya di rumah dan tugas berjualan di Jl Sindoro oleh pak Markeso dan istrinya. Namun untuk memasak bumbu dan pembuatan kuah tetap dilakukan sendiri oleh beliau. 

Setelah persiapan soto selesai maka pak Markeso berangkat pukul 05.30 dengan mendorong gerobaknya menuju Jl Sindoro. Waktu yang diperlukan sekitar 1 jam perjalanan dengan berjalan kaki. 

Peralatan yang juga perlu  disiapkan adalah 400 mangkok bersih karena selama berjualan beliau tidak melakukan aktifitas cuci piring. Selain tidak ada tempat untuk mencuci, pak Markeso juga menjaga kebersihan alat makannya. 

Mengingat pelanggannya juga ada yang dari kalangan ekonomi berada yang peduli pada kebersihan. Selama berjualan Soto di Jl Sindoro,  Pak Markeso dibantu oleh   bu Yuli ( istrinya)  dan anak perempuannya. 

Foto Dok. Pribadi

Pak Markeso terbiasa berkerja keras di usia muda. Pada saat  umur 12 tahun beliau sudah mulai berjualan di daerah Kupang Surabaya. Lalu pindah ke Malang pada usia 13 tahun membantu orangtuanya berjualan soto di pagi hari dan  sate  di sore hari di sekitar kayutangan dan sesekali mangkal di jl tenes. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline