Lihat ke Halaman Asli

dinithea

Crafter

Warung Gang Buntu, Bertahan dengan Kompor Arang Warisan

Diperbarui: 1 Maret 2019   18:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

Tak ada papan  nama terpampang di depan rumah  ini. Bentuknya pun sama seperti rumah biasa di kawasan gang kecil,  namun siang itu banyak orang  datang silih berganti masuk ke dalam rumah bercat kuning itu. Rasa penasaran membuat saya mendekati pintu masuk rumah.

Di dalam ruang tamu terlihat  empat orang dengan santai  makan di kursi tamu yang tersedia di dalam dan beberapa tampak bergerombol di pintu dapur. Ternyata ini adalah warung legendaris yang berdiri hampir empat  puluh tahun lalu.

Warung nasi campur ini dikenal dengan nama warung gang buntu Arema dan bahkan ada pula yang memberi nama warung Ayam Goreng Ndelik (bersembunyi) karena memang posisinya yang tak terlihat dari jalan raya. Siapa yang menyangka di gang buntu sepert ini ada sebuah warung legendaris yang unik.

dok. pribadi

Karena para pembeli bisa langsung memesan di pintu dapur jadi kita bisa mengintip isi dapur warung ini. Dengan ukuran yang tak terlalu luas, di dapur ini terdapat sebuah rak kayu  bertingkat dua dengan beberapa piring berisi lauk pauk dan  bakul nasi serta panci berisi sayur.

Di sisi sebelah kanan dapur tampak pula berjajar tiga buah kompor arang yang tengah menyala dengan panci diatasnya. Kompor arang?? Ini yang membuat saya penasaran, saya pun bertanya pada pemilik warung. Menurut penuturan Kusmiati, generasi kedua warung ini,  usaha yang dirintis oleh ibunya  yaitu Bu Riama ini tidak pernah menggunakan kompor minyak tanah ataupun kompor gas untuk memasak  tapi  hanya menggunakan kompor arang.

Alih-alih mempermudah memasak, Bu Riama justru  kuatir jika kompor modern itu akan meledak jika digunakan.  Jadi ini adalah  ciri khas  yang tak pernah berubah selama 38 tahun warung ini berdiri. Dan menurut para pelanggan, rasa masakan dengan kompor arang ini menjadi lebih enak dan sedap.

Selain itu cara memasak ayam goreng  juga menjadi salah satu faktor keunikan disini. Tak seperti pada umumnya ayam yang diungkep dulu sebelum digoreng, disini ayam hanya diberi tepung bumbu biasa dan tambahan garam dapur namun hasilnya bisa matang dan garing. Nyam

dok. pribadi

Awalnya Bu Riama membuka warung bubur jenang dan rujak di tahun 1970an lalu pada tahun 1982 beralih menjual nasi atas permintaan mahasiswa yang kala itu banyak bertempat di kos sekitar warung. Dengan harga yang terjangkau, tak heran bila  saat  itu  Bu Riama bisa menjual hingga ratusan porsi masakan dalam sehari.

Walaupun kini pembeli mahasiswa tak sebanyak dulu namun ternyata semakin banyak pelanggan dari kalangan kantor kabupaten Malang dan juga pegawai Bank yg terdapat di sekitar Kidul Dalem. Bahkan pemilik warung kini juga melayani pesan-kirim makan siang ke kantor-kantor lewat telepon. 

Menu  khas di warung gang buntu ini adalah nasi semur daging, nasi campur ayam goreng dan urap-urap , nasi sop dengan ayam goreng juga ada menu sate komoh yang gurih dan empuk. Selain itu tersedia pula mie goreng, dadar jagung, perkedel, bothok dan mendol sebagai menu pelengkap.

Sepeninggal Bu Riama pada tahun 1990, usaha ini lalu  diteruskan oleh anak-anaknya ; Titik, Suyanto dan Kusmiati. Setiap pagi  Bu Kusmiati bertugas berbelanja di Pasar Kebalen yang tak jauh dari rumahnya untuk membeli bahan baku masakan  berupa sayur dan ayam potong.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline