FOMO dan Investasi

Generasi Z di Indonesia merupakan generasi yang lebih dinamis dalam segala hal dibandingkan generasi sebelumya yakni generasi milenial namun ada beberapa kelemahan dan kelebihan pada generasi Z. Kelebihannya seperti mereka bergerak dinamis, selalu up to date, kritis, lebih terbuka, berani speak up tetapi dibalik semua itu ada kekurangannya juga diantaranya mereka seperti sebuah 'strawbery' tidak tahan banting artinya terkadang mental mereka tidak begitu kuat menerima tekanan dalam kehidupan salah satunya adalah Fear Of Missing Out (FOMO) yakni tidak mau akan tertinggal dalam segala hal seperti di kutip dari dokter.com dalam penelitian yang dilakukan oleh Psychology Today, seseorang yang memiliki sifat ini akan menimbulkan suasana hati yang kurang baik, rendah diri serta kesepian. FOMO ini lebih banyak terjadi pada rentang usia 18 - 33 tahun dimana mereka berlomba untuk menjadi yang terbaik di lingkungannya, selalu update dalam segala hal, tidak mau hanya menjadi follower saja. Hal-hal demikian akan memberikan dampak negatif salah satunya adalah pada keuangan mereka, dimana mereka akan selalu berburu kebutuhan-kebutuhan yang sebenarnya sudah mereka miliki seperti tas baru, baju baru, ataupun barang-barang branded untuk bisa dikatakan gaul, tidak ketinggalan zaman, selalu terdepan dan lainnya. Seharusnya usia produktif itu harus sudah bisa mengatur dan mempunyai perencanaan financial salah satunya dengan berinvestasi jika dahulu investasi itu memerlukan modal besar namun tidak demikian untuk saat ini, banyak pilihan produk investasi yang ditawarkan pada masyarakat dengan modal yang sangat terjangkau yakni hanyal Rp.100.000 sudah bisa berinvestasi. Investasi tersebut bisa di dapatkan di pasar modal Indonesia atau dikenal dengan dengan Bursa Efek Indonesia karena investasi mejadikan keadaan keuangan kita akan lebih baik dimasa depan, salah satunya adalah investasi saham, lalu kapan mulai berinvestasi? sekarang!!!. Mulailah menjadi generasi JOMO - Joy Of Missing Out yakni generasi yang tidak takut ketinggalan tren, hidup apa adanya, hidup tidak karena keinginn namun karena kebutuhan, selalu meningkmati hidup seadanya.