Lihat ke Halaman Asli

Merasai Semangat Si Pitung di Kampung Marunda

Diperbarui: 29 September 2016   10:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

eretan simpel.sumber:pribadi

Beberapa waktu  beraktivitas di seputaran Jakarta sebelah Utara mengingatkan hasrat untuk menengok petilasan Pendekar Si Pitung yang sudah kesohor seantero Jakarta. Dengan menyengklak motor jagoan, petualangan pun diawali dengan menyusuri pinggiran Kali Cakung Drain yang airnya sudah kehitaman dan semestinya segera direvitalisasi. 

Eretan alias perahu penyeberangan sederhana yang dioperatori oleh nenek tua pun sempat dirasai. Deretan kios kecil, tampungan limbah, rumah semrawut, salon kecantikan, cafe, tempat pijat, kuburan luas sampai rumah susun tua pun terlewati menjelang jalan raya Akses Marunda. Penjelajahan dilanjutkan dengan berbelok ke kanan ke arah Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran dengan diiringi berbagai truk-truk besar dan trailer kontainer.  

stip mrnd;sumber:pribadi

Melewati jembatan Blencong yang sedang direstorasi, ketemulah kita dengan pertigaan menuju STIP kepunyaan Departemen Perhubungan. Lanjut ke arah Rumah Susun  Marunda yang sering kesebut-sebut itu dan tersualah plang besar ‘Rumah Si Pitung Destinasi Wisata Pesisir’. Nah itu dia.. Ayoh, pokemonnya sudah ketemu! Lho,koq...

plang rumah sipitung.sumbe:pribadi

Bagi para pengendara mobil/bus, silakan parkirkan di lahan penitipan di sebelah kanan jalan. Pemotor, boleh lanjut terus. Kampung Si Pitung-kalo boleh disebut begitu-tampaknya dulunya terletak di tengah laut sebagaiman disebut sbg Marunda Pulau sehingga mungkin harus ditempuh dengan menyeberangi laut. 

rumah pitung.sumber:pribadi

Bayar tiket Rp 5 ribu maka nikmatilah Rumah Pitung yang konon pernah disinggahi oleh Pendekar Pitung dari Rawa Belong itu. Rumahnya koq berbentuk rumah panggung seperti rumah di Makassar ya? Ya, menurut legenda, rumah ini memang kepunyaan saudagar Sulawesi yang menjadi semacam safe house/rumah nyaman Bang Pitung dari kejaran  pasukan keamanan kolonial Belanda atas tuduhan pencurian dan pengacauan kabtibmas. 

rmh pting dikepung 'benteng'.sumber:pribadi

mesjid al alam.sumber:pribadi

Mahalnya tanah sepertinya menyebabkan rawa bahkan laut pun mesti ditimbun. Mungkin suatu saat nanti, Rumah Pitung tidak akan lagi berada di pinggir perairan. Kenyataan ini juga menyebabkan pengunjung mesti memutari lahan bertembok luas untuk mencapai Masjid Al Alam yang serangkai dengan perjuangan Rumah Pitung. Di sekitaran mesjid, terhampar pantai yang sudah ditanggul dilengkapi  berbagai warung makan yang sayangnya, kurang tertata dengan tertib. Bagaimanapun peziarah  dapat meresapi semangat dan kerja keras Pendekar Si Pitung  dalam menegakkan kebenaran dan keadilan demi kemaslahatan masyarakat.  

benteng pantai.sumber:pribadi

mulai 'dibentengi';sumber:pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline