TLOGOMULYO, SEMARANG (14/8) -- Pandemi Covid-19 yang turut menyerang Indonesia berhasil menggerogoti seluruh sektor yang berdiri. Dilaporkan bahwa setiap harinya penambahan mencapai duaribu lebih kasus positif di Indonesia sehingga total kasus per 14 Agustus mencapai 135.123 dengan positivity rate sebesar 18,13 persen. Dilansir dari Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang lewat Okezone.com per tanggal 12 Agustus, diketahui sebanyak 14.150 buruh di Kota Semarang terpaksa menganggur akibat PHK massal yang dilakukan oleh 81 perusahaan akibat tidak mampu melakukan produksi. Masyarakat butuh bantuan untuk tetap hidup sejahtera di tengah pandemi. Oleh karena itu, Universitas Diponegoro melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) menginisiasikan pengabdian dalam rangka merangkul masyarakat di tengah pandemi Covid-19. Berdasarkan masalah di Kelurahan Tlogomulyo, Kecamatan Pedurungan, Semarang, ditemukan bahwa upaya ketahanan pangan dan protokol kesehatan masih kurang diterapkan di wilayah. Oleh karena itu, Dinda Viera Nursabrina, mahasiswi Teknologi Hasil Perikanan, mengusung program pengabdian dalam bentuk pengenalan Budikdamber dan penyediaan sarana cuci tangan di warung usaha milik warga dengan sistem pedal.
Ketahanan pangan merupakan salah satu poin yang turut diperhatikan dalam upaya pembangunan berkelanjutan. Budidaya ikan merupakan salah satu upaya dalam menjaga ketahan pangan. Namun ketersediaan lahan menjadi kendala masyarakat yang tinggal di perkotaan dalam melakukan budidaya ikan. Berkaca dari teknologi TABULAMPOT (tanaman buah dalam pot), diciptakanlah suatu teknologi Budidaya yang hanya membutuhkan media ember. Budikdamber adalah adalah salah satu tekonologi pembudidayaan ikan dan penumbuhan tanaman menggunakan sistem akuaponik, yaitu menanam tanaman dan memelihara ikan dalam satu wadah, yaitu ember.
Budikdamber dinilai solusi paling jitu untuk menuntaskan masalah ketersediaan lahan, terlebih lagi menggabungkan dua elemen dalam satu wadah. Salah satu keunggulan dari Budikdamber ini adalah kemudahannya dalam memperoleh alat maupun bahannya. Selain itu, harga dari kebutuhan perlengkapannya cukup terjangkau. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam membuat Budikdamber adalah ember 80 L, gelas pelastik, kawat, arang, benih lele, kangkung, pakan lele, tang, dan solder. Tahapan pelaksanaan Budikdamber dijelaskan melalui video yang telah dibuat oleh mahasiswa. Video tersebut ydiunggah melalui kanal youtube https://www.youtube.com/watch?v=outvQkmIZbY&t=131s dan disosialisasikan secara daring kepada masyarakat Kelurahan Tlogomulyo melalui Whatsapp group. Selain itu, sosialisasi mengenai Budikdamber juga dilakukan secara luring kepada PKK Kelurahan Tlogomulyo yang dilaksanakan di Balai Pertemuan Kelurahan Tlogomulyo pada 3 Agustus 2020.
Cuci tangan merupakan salah satu aktivitas wajib yang harus dilakukan selama penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru di tengah pandemi Covid-19. Menurut Doni Monardo, Ketua Satgas Covid-19, perubahan perilaku disipilin protokol kesehatan akan menjadi kekuatan masyarakat dalam melawan virus Covid-19. Seiring dilonggarkannya kebebasan aktivitas masyarakat, kebijakan protokol kesehatan harus ditegakkan. Program pembuatan sarana cuci tangan merupakan implementasi dari meningkatkan kewaspadaan dan kepedulian masyarakat pada protokol kesehatan. Pengadaan sarana cuci tangan menggunakan sistem pedal dibuat untuk menjaga agar tangan tetap higienis karena dalam prosesnya tidak perlu menyentuh keran.
Pembuatan sarana cuci tangan ini dilakukan dengan bahan sederhana dan membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu. Bahan yang dibutuhkan meliputi kaleng bekas cat 25 kg, kran dispenser, tali nylon, papan kayu, pipa peralon 1 inch, pengait, engsel, mur, gunting, dan bor. Proses pembuatan dimulai dari memasang kran dispenser pada kaleng bekas cat yang telah dilubangi menggunakan bor, untuk pedal sendiri dibuat dengan memasang potongan kayu dan dikaitkan menggunakan engsel. Pedal ini akan disambungkan dengan keran dispenser menggunakan tali nylon. Sarana cuci tangan juga dilengkapi dengan sabun dan poster 6 langkah mencuci tangan. Sarana tersebut diberikan kepada warung nasi kucing yang berada di RW 11 Kelurahan Tlogomulyo.
Dari kedua program pengabdian tersebut, masyarakat menerima dan menyambut baik seluruh kegiatan yang berlangsung. Masyarakat dinilai antusias dengan hadirnya mahasiswa sebagai pembawa solusi bagi masalah-masalah yang terdapat di lingkungan. Ibu Jum, selaku pemilik warung nasi kucing yang menerima sarana cuci tangan merasa sangat senang dengan pengadaan sarana tersebut karena bermanfaat bagi keberlanjutan warung nasi kucing miliknya sehingga nantinya kehigienisan warung dapat meningkat dan mencegah penularan Covid-19 meski harus tetap berjualan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H