Siapa sih yang sudah mulai bosan dan stres belajar daring? Tugas selalu menumpuk tiada henti? Pandemi COVID-19 semakin meningkat? Oleh karena itu, mari kita lakukan coping stress yuk!
Kita tahu bahwa Coronavirus Diseas 2019 yang lebih dikenal dengan COVID-19 masih menjadi ketakutan bagi khalayak karena seperti tidak ada titik terang akan berakhirnya pandemi ini. Selain itu, COVID-19 sangat berdampak pada kegiatan masyarakat salah satunya yaitu pendidikan yang mana sistem pembelajaran tidak lagi menggunakan pembelajaran dikelas melainkan menggunakan metode pembelajaran jarak jauh (online) untuk mencegah penyebarannya COVID-19 di Indonesia.
Bagaimana siswa bisa mengalami stres akademik?
Pada KKN-Tematik 2021 kali ini, saya berkesempatan melakukan program KKN di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Tasikmalaya, setelah melakukan diskusi bersama dengan para siswa disana banyak sekali keluhan bahwa dirinya merasa stres akibat proses pembelajaran daring seperti ini.
Hal ini dikatakan sebagai stres akademik, biasanya stres yang bermula dari proses pembelajaran seperti tekanan untuk mendapatkan nilai yang baik, lamanya belajar, banyaknya tugas, rendahnya nilai/prestasi dan cemas dalam menghadapi ujian (Azmy, Nurihsan, & Yudha, 2017). Penerapan kebijakan belajar di rumah membuat sebagian siswa merasa cemas dan tertekan. Banyaknya tugas yang diberikan oleh guru membuat banyak siswa merasa stres dalam menjalani pembelajaran daring (Chaterine, 2020). Tidak hanya banyak, tugas yang diberikan oleh guru juga dianggap memberatkan dan memiliki waktu pengerjaan yang sangat singkat sehingga membuat siswa kebingungan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya (Barseli et al., 2020). Livana, Mubin, & Basthomi (2020) mengungkapkan bahwa masalah yang dihadapi siswa-siswi pada masa pandemi COVID-19 ini selain tuntutan-tuntutan yang dibebankan dengan model belajar mengajar secara daring. Proses belajar menggunakan media online lebih melelahkan dan membosankan, karena mereka tidak dapat berinteraksi langsung baik dengan guru maupun teman lainnya (Ferdiyanto & Muhid, 2020). Dengan demikian mengakibatkan frustrasi bagi siswa-siswi, dan bila terus berlanjut dapat menimbulkan stress akademik (Pajarianto et al., 2020).
Di saat pandemi ini yang menjadi sumber stress para siswa sekolah adalah berita mengenai Covid-19 yang meningkat, PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) yang dilakukan oleh pemerintah, serta pembelajaran yang masih mengharuskan online. Dalam penelitian Muslim, (2020) mengatakan bahwa menurut Daradjat (2003) terdiri dari tiga hal yang menyebabkan kondisi seseorang mengalami stress, yaitu:
- Frustasi, hampir seluruh proses belajar dilakukan secara online. Bagi para siswa yang mempunyai fasilitas mengakses pembelajaran secara online tidak ada masalah. Namun, faktanya tidak seluruh wilayah di Indonesia ini dapat mengakses fasilitas tersebut. Sehingga anak akan stress, karena apa yang terjadi tidak sesuai dengan harapan. Tidak ada alat komunikasi (gawai) dan paket data (kouta) internet yang bagus dapat menjadi penyebab tidak lancarnya proses belajar mengajar, serta apa yang diharapkan siswa tidak sesuai dengan kenyataan.
- Konflik, adanya pertentangan antara dua kepentingan atau lebih dapat membuat orang mengalami kecemasan. Sebagai contoh siswa yang perekonomian rendah mengalami kebinggungan antara memilih kepentingan pendidikan atau membantu perekonomian keluarga sehingga membuat siswa tersebut cemas.
- Kecemasan, perpaduan antara konflik dan frustrasi dapat mengakibatkan kecemasan. Kondisi inilah yang ditemukan pada beberapa kasus pemicu stress. Sebagai contoh adanya deadline tugas yang harus diselesaikan membuat para siswa merasa tertekan dalam menghadapi kesehariannya yang akan berakibat timbulnya stress.
Lalu, bagaimana cara mengatasi stres tersebut?
Kita dapat meminimalisir tingkat stres dengan melakukan coping stress. Apa sih coping stress itu?
Nah, setiap individu memiliki strategi mengatasi stres yang berbeda-beda. Ada yang menghindari sumber stres untuk mengatasi rasa tertekan, ada pula yang mencari cara untuk menyelesaikan masalah yang menyebabkan stres. Strategi yang digunakan oleh individu dalam mengatasi stres inilah yang disebut coping stres. Dalam penelitian Muslim, (2020) menurut Lazarus & Folkman (1984) bentuk koping ada dua jenis yaitu :
- Koping yang berfokus pada masalah (problem focused coping) yaitu di mana individu secara langsung mengambil tindakan untuk memecahkan masalah atau mencari informasi yang berguna untuk membantu pemecahan masalah
- Koping yang berpusat pada emosi (emotion focused coping) yaitu bertujuan untuk mengendalikan sisi emosionalnya terhadap stresor, yakni dengan mengubah pandangannya bahwa pandemi ini tidak selalu berdampak negatif.
Dalam diskusi bersama para siswa di Sekolah Menegah Pertama (SMP) tersebut, mereka mengatakan bahwa aktivitas yang dilakukan untuk mengatasi stres dan cemas selama belajar daring diantaranya melakukan olahraga atau aktivitas fisik, istirahat cukup, melakukan hobi, tetap bersosialisasi meskipun secara virtual, dan apabila stres atau kecemasan terasa berat dan mengganggu, tidak segan untuk bercerita ke orang yang dipercaya/sahabat.