Lihat ke Halaman Asli

Aksi Kolaborasi Mahasiswa KKN-BBK-4 Universitas Airlangga Bersama Kader Jumantik dalam Mengatasi Tantangan DBD di Desa Purwoasri

Diperbarui: 25 Juli 2024   14:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumentasi Tim BBK 4 Desa Purwoasri

Demam Berdarah Dengue atau yang sering disebut DBD masih menjadi permasalahan yang masif di Indonesia termasuk di Purwoasri. Menurut Kemenkes RI 2023, pada 2022 terdapat 143.000 kasus, dengan angka kejadian DBD terbanyak berada di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Hal ini terjadi pula pada Desa Purwoasri, Kecamatan Tegaldlimo. Menurut pengakuan salah satu perangkat desa bahwa angka kejadian DBD akhir-akhir ini sedang meningkat “Tercatat tujuh kasus yang telah ditemukan” tutur beliau. Adanya demam berdarah ini mengundang berbagai kerugian bagi warga sekitar.

Penyebaran DBD merupakan suatu hal yang harus diperhatikan. Penyebarannya yang cepat membuat kasus DBD susah untuk dihilangkan. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan dari vektor dengue yaitu nyamuk Aedes spp. Perkembangbiakan nyamuk tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adanya perubahan iklim, tingkat kelembaban, suhu, curah hujan, dan kecepatan angin. Angka kejadian DBD akan cenderung meningkat pada musim pancaroba, adanya kenaikan suhu udara dan peningkatan curah hujan dilansir dari situs resmi Kemenkes RI, 2023.

Gejala dari DBD yang paling khas dan harus diwaspadai adalah adanya demam tinggi yang naik turun. Demam pada DBD sering disebut juga dengan demam “pelana kuda”. Selain itu, terdapat beberapa gejala lain seperti nyeri otot, sakit kepala, mual muntah serta merasa kelelahan.

Dalam upaya mencegah peningkatan kasus DBD di Desa Purwoasri, mahasiswa KKN BBK-4 melaksanakan sosialisasi komprehensif mengenai bahaya DBD, gejalanya, penanganan pertama, dan cara pencegahannya pada Sabtu, (20/7/2024). Kegiatan ini diawali dengan pengecekan jentik secara door to door di Dusun Kalisari RT RT 03/RW 01 Desa Purwoasri. Mahasiswa yang bertugas dalam kegiatan ini didampingi oleh para kader jumantik Desa Purwoasri. Setelah pengecekan jentik, dilakukan sosialisasi dengan membagikan leaflet mengenai bahaya DBD, gejalanya, penanganan pertama, dan cara pencegahannya. Kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan beberapa output signifikan dan membawa perubahan positif bagi desa.

Sumber: Dokumentasi Tim BBK 4 Desa Purwoasri

Salah satu output yang diharapkan adalah meningkatnya kesadaran masyarakat tentang bahaya DBD, gejalanya, dan cara pencegahannya. Dengan pengetahuan ini, warga desa dapat mengambil langkah-langkah preventif yang lebih baik untuk melindungi diri dan keluarga dari DBD. Informasi tentang 3M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur, Plus) menjadi salah satu metode pencegahan utama yang disosialisasikan.

Selain itu, dengan pengetahuan yang lebih baik, diharapkan terjadi penurunan angka kejadian DBD di Desa Purwoasri. Masyarakat yang lebih paham tentang tindakan preventif akan lebih aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan dan menghindari tempat-tempat yang dapat menjadi sarang nyamuk. Kemampuan masyarakat untuk melakukan tindakan pertolongan pertama yang tepat jika menemukan gejala DBD juga menjadi salah satu harapan besar. Ini dapat membantu mengurangi risiko komplikasi serius dan meningkatkan peluang kesembuhan. Secara keseluruhan, lingkungan Desa Purwoasri diharapkan menjadi lebih bersih dan bebas dari potensi tempat berkembang biaknya nyamuk penyebab DBD. Dengan partisipasi aktif seluruh warga, desa dapat menciptakan lingkungan yang sehat dan aman dari ancaman DBD.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline