Lihat ke Halaman Asli

Dinda Prabaningrum Burhanudin

Mahasiswa Vokasi Bahasa Inggris Universitas Airlangga

Meningkatnya Kekhawatiran tentang Cyberbullying dan Doxing: Ancaman di Era Digital

Diperbarui: 27 Oktober 2023   17:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di era yang didorong oleh teknologi dan media sosial, meningkatnya cyberbullying dan doxing telah menjadi kenyataan yang mengkhawatirkan. Saat lanskap digital berkembang, potensi untuk kegiatan jahat juga meningkat, sehingga menimbulkan kekhawatiran yang lebih besar tentang keamanan online.

Cyberbullying, tindakan menggunakan teknologi untuk mengganggu, mengintimidasi, atau merendahkan orang lain, telah menjadi hal yang sangat umum. Dengan anonimitas yang diberikan oleh internet, pelaku merasa berani untuk melepaskan kekejaman mereka tanpa takut akan konsekuensi. Platform media sosial, yang dulunya dianggap sebagai alat untuk berhubungan dan berekspresi, kini telah menjadi tempat berkembangnya kebencian dan penyalahgunaan.

Salah satu aspek yang paling mengganggu dari cyberbullying adalah keberadaan doxing. Berasal dari kata "dokumen," doxing melibatkan tindakan jahat mengungkapkan informasi pribadi seseorang secara publik, seperti alamat, nomor telepon, atau tempat kerja mereka, dengan niatan menyebabkan kerusakan. Konsekuensi dari doxing dapat sangat menghancurkan, karena korban sering kali merasa rentan terhadap pelecehan di dunia nyata, pengejaran, dan bahkan bahaya fisik.

Dampak dari cyberbullying dan doxing terhadap individu, terutama anak muda, tidak bisa dianggap remeh. Banyak kehidupan yang hancur, meninggalkan korban dengan luka emosional yang berkepanjangan dan trauma psikologis. Serangan pesan yang menyakitkan secara terus-menerus, penghinaan online, dan invasi privasi dapat menyebabkan depresi, kecemasan, dan dalam kasus ekstrem, bunuh diri.

Sebagai tanggapan terhadap ancaman yang semakin bertambah ini, berbagai organisasi, pemerintah, dan platform media sosial telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi cyberbullying dan doxing. Kampanye edukasi diluncurkan untuk meningkatkan kesadaran tentang masalah ini, mengajarkan individu bagaimana mengenali dan melaporkan insiden cyberbullying. Platform media sosial telah menerapkan pedoman yang lebih ketat dan mekanisme pelaporan untuk menangani pelecehan online, bahkan beberapa di antaranya menggunakan kecerdasan buatan untuk mengidentifikasi dan menghapus konten berbahaya.

Namun, meskipun upaya tersebut, cyberbullying dan doxing terus berlanjut, berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Sebagai masyarakat, sangat penting bagi kita untuk tetap waspada dan proaktif dalam melawan penyalahgunaan online. Orang tua, pendidik, dan pembuat kebijakan harus bekerja sama untuk menetapkan langkah-langkah komprehensif yang memprioritaskan keamanan online dan mempromosikan kewarganegaraan digital yang bertanggung jawab.

Sangat penting bagi individu untuk memahami dampak dari tindakan mereka terhadap orang lain dan mengakui pentingnya empati dan rasa hormat di ranah digital. Dengan memelihara budaya kebaikan dan belas kasihan, kita dapat menciptakan lingkungan online yang aman, mendukung, dan inklusif untuk semua orang. Saat kita menjelajahi lanskap yang terus berubah di era digital, perjuangan melawan cyberbullying dan doxing tetap menjadi perjuangan yang berkelanjutan. Dengan membuka cahaya terhadap masalah ini, kita dapat terus meningkatkan kesadaran, mengedukasi, dan berusaha untuk masa depan di mana internet menjadi platform pemberdayaan bukan senjata yang merugikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline