Di era milenial ini kalimat "jadilah diri sendiri" sering muncul dalam benak saya ketika bertemu dengan orang-orang baru. Karena kebanyakan orang jika bertemu dengan orang-orang baru mereka menginginkan kesan pertama yang baik, entah itu pura-pura baik atau memang benar-benar baik dan menjadi diri sendiri.
Banyak sekali orang yang tidak percaya diri ketika mereka menjadi diri sendiri, karena takut di tolak oleh lingkungan disekitar mereka. Saya itu type orang yang "masa bodo" dalam berteman, tapi bukan berarti saya seenaknya sendiri dan egois, tapi saya lebih tidak menghiraukan apa kata orang dan berusaha menjadi diri saya sendiri.
Bisa di bilang saya itu juga type orang yang kalo dalam bahasa jawa itu "opo onone" atau apa adanya dalam berteman (beginilah saya tidak ada yang istimewa, jika berkenan berteman dengan saya silahkan, jika tidak berkenan tidak apa-apa, memang beginilah diri saya yang sesungguhnya). Karena saya dalam berteman selalu berusaha menjadi jujur bukan menjadi keren.
Banyak sekali teman-teman saya yang tiba-tiba menjauh ketika saya berusaha menjadi jujur bukan menjadi keren, jadi tidak heran jika lingkup pertemanan saya kecil. Karena saya hanya ingin berasama orang-orang yang bisa menerima saya apa adanya.
Tapi banyak sekali orang yang dalam berteman itu berusaha menjadi keren bukan menjadi jujur. Sebab banyak orang yang merasa keren ketika mengikuti atau ikut-ikutan orang yang berada disekitar mereka.
Memakai apa yang sedang keren, sepatu kekinian, kacamata hitz, celana ketat, rambut berwarna (entah itu diwarna sendiri atau memakai jasa salon, kan yang penting kelihatan keren), jalan-jalan bawa kamera (entah itu kamera minjem temen atau nyewa), hunting kemana-mana, baju couple/sepatu couple bla bla bla.. Samapai-sampai melakukan hal-hal ngaco demi bisa dibilang keren.
Memang meniru dan berusaha menjadi keren lebih mudah dari pada berusaha menjadi jujur, tapi setidaknya jujurlah kepada diri sendiri. Saya selalu melakukan hal-hal yang memang di inginkan oleh hati nurani saya.
Ketika teman-teman saya diwaktu masih duduk di bangku SMA hampir setiap hari memakai sepatu yang berwarna warni dan setiap harinya selalu berganti-ganti sedangkan saya hanya memiliki sepatu yang berwarna hitam dan berwarna pink yang ganti setiap tiga hari sekali, saya tidak gengsi.
Ketika teman-teman saya memilih untuk terikat dengan rutinitas dan saya memilih untuk terikat dengan kebebasan saya tidak ragu, karena saya tidak ingin dibebani dengan tekanan dan tuntutan yang membuat saya setres. Ketika teman-teman saya bersekolah di sekolah negeri favorit dan terkenal sedangkan saya hanya bersekelolah di sekolah swasta yang tidak terlalu dikenal oleh masyarakat umum, saya tidak malu. Toh saya pikir sama-sama mencari ilmu.
Ketika teman-teman saya melakukan sesuatu untuk disukai oleh orang lain dan saya lebih memilih untuk melakukan sesuatu yang saya sukai ,saya tidak takut. Sebab penilaian orang dalam memandang saya memang berbeda-beda, saya tidak sibuk memperindah diri saya dengan aksesoris mahal yang membuat orang lain menghargai saya karena apa yang saya pakai bukan karena apa adanya diri saya.
Sungguh menjadi diri sendiri itu sulit, terkadang menjadi bahan cacian atau hinaan oleh orang lain bahkan di remehkan, dengan alasan karena tidak keren.