Penulis : Rias Puji Astuti
Film dokumenter yang memiliki judul "Geliat Tempe Semeru" merangkum jatuh bangun pengusaha tempe dalam menjalankan usahanya. Ketika pandemi menghambat segala mobilitas, masyarakat harus tetap bertahan untuk menyambung hidup. Bagi sektor usaha menengah pandemi memberikan banyak dampak .
Namun bagi salah satu penguaha tempe di Ponorogo, hal tersebut tidak menghentikan operasi produksi tempe. Menurut pak Ali Maksum -pemilik usaha tempe- pendemi memang memberikan dampak bagi usahanya, namun pembuatan tempe yang dikerjakan oleh enam orang pegawainya hingga saat itu masih terus beroperasi. Pendistribusian tempe juga berjalan seperti biasa, meski ada problematika lain selain pandemi.
Harga kedelai yang tinggi, bayang-bayang kebangkrutan di masa lalu, persaingan distribusi, dan berbagai masalah lainnya tidak membuat pak Ali Maksum menyerah dengan keadaan. Karena ada hidup orang lain yang bergantung pada usahanya.
Kemampuan bertahan pengusaha tempe dalam masa pandemi, perlu mendapat perhatian dari pemerintah setempat atau pengusaha lainnya. Solusi yang diperoleh kiranya mampu bisa memberikan inspirasi bagi orang lain. Bahwa pandemi bukan penghalang, namun hanya penghambat perjalanan.
Film yang diproduksi oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Ponorogo Angkatan 2019, merupakan bukti bahwa masyarakat harus tetap bertahan dengan segala cara atas masalah yang ada. Pandemi adalah masalah global, namun tidak semua pihak membutuhkan solusi yang sama. Dengan adanya film dokumenter ini akan meluaskan usaha pengusaha tempe dengan cara yang berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H