Lihat ke Halaman Asli

NU dalam Percaturan Politik Pemilu 2024

Diperbarui: 21 Mei 2023   00:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

nu.id

Nahdhatul Ulama merupakan salah satu organisasi kemasyarakatan terbesar di indonesia. Menurut Patrick Winn dalam tulisannya "The world's largest Islamic group wants Muslims to stop saying infidel" Mengatakan bahwa Nahdlatul Ulama merupakan organisasi islam terbesar di dunia dengan 95 juta anggota yang sebagian besar berdomisili di Jawa. 

Populasi warga NU yang begitu besar ini, menjadikan suara Nahdhiyyin cukup diperhitungkan bagi para capres untuk menenangkan Pilpres mendatang. Di samping itu, dalam sejarah politik Indonesia, peran NU dalam pemerintahan juga cukup krusial. Pada pemilu pertama tahun 1955, NU memenangkan suara empat besar, kemudian pada tahun 1971 termasuk suara tiga terbesar. Selain itu, kader NU turut meramaikan Reformasi pada 1998 ketika Gus Dur terpilih menjadi presiden. Diikuti oleh PKB sebagai salah satu partai besar. Selain itu, Pada tahun 2004 sampai 2009, koalisi PKB dengan pemerintah juga cukup mendongkrak kemenangan SBY pada dua periode tersebut. 

Melihat potensi suara yang besar ini, para capres patut mempertimbangkan konstituen dari kalangan NU. Pada Pilpres 2019 lalu, Jokowi menggandeng Ma'ruf Amin sebagai Wapres yang notabenenya merupakan salah satu tokoh NU, hal ini mendukung kemenangan Jokowi pada Pilpres 2019 lalu. Berdasarkan survei LSI, dimana 64,1 persen warga NU memilih Jokowi. 

Hal serupa kemungkinan turut terjadi pada Pilpres 2024 mendatang, asumsi ini dapat dilihat dari kemunculan para tokoh politik NU seperti Erick Thohir, Mahfud MD, Khofifah Indar Parawansa, dan Muhaimin Iskandar, Said Aqil Siroj, Yahya Cholil, dan Yenny Wahid. 

Input sumber gambar: Cr. CNN Infografis

Erik Thohir sendiri merupakan kader NU yang kerap kali diusulkan untuk menjadi cawapres. Selain itu kinerjanya selama menjabat sebagai Menteri BUMN juga cukup baik. Kemudian Menko Polhukam Mahfud MD yang secara kultural memiliki latar belakang NU yang kental. Dukungan publik terhadap Mahfud MD juga cukup tinggi mengingat keberaniannya dalam sidang DPR terkait transaksi janggal 349 Trilun. Sikapnya ini cukup menarik simpati dari publik sebagai tokoh yang bersih dan antikorupsi. 

Di sisi lain ada Khofifah Indar Parawansa yang merupakan Ketua Muslimat NU juga Gubernur Jawa Timur yang tentu memiliki basis pendukung yang besar di Jatim. Kemudian Ketum PKB Muhaimin Iskandar. Disusul Yenny Wahid, Yahya Cholil ketua PBNU, dan Said Aqil mantan ketua PBNU. 

Para tokoh ini memiliki elektabilitas yang cukup tinggi terutama Erik Thohir, Mahfud MD, dan Muhaimin. Elektabilitas ini cukup untuk menjual suara dalam pemilu nantinya. Sehingga terdapat kemungkinan suara NU juga tersebar pada 2024 nanti. Persebaran suara ini terjadi jika para capres memiliki pertimbangan preferensi yang sama terhadap wakil yang mendampinginya. Apabila persebaran suara NU merata pada tiap capres, maka suara tidak akan terdikotomi dalam satu calon saja. 

Persebaran suara ini sejatinya merupakan hal yang positif. Berkaca pada tahun 2019 lalu, dimana hasil rekapitulasi suara Prabowo Vs Jokowi berdasarkan keputusan KPU yaitu 55,50 % Vs 44,50 %.Hasil suara keduanya sama sama besar dengan selisih yang cukup kecil. Perbedaan suara ini tentu memicu kesempatan disintegrasi yang lebih membahayakan dan rawan bentrokan. Dimana baik pendukung Jokowi maupun Prabowo memiliki kekuatan yang sama besarnya. 

Itulah mengapa posisi NU dalam pemilu mendatang cukup strategis, melihat kader NU sendiri memiliki elektabilitas yang tinggi untuk disandingkan sebagai cawapres nantinya. Meski begitu, sebagai organisasi keagamaan, NU tidak terasosiasi dalam kepentingan politik apapun. Bahkan PKB yang secara historis dan kultural berkaitan, terpisah secara politik dengan NU. Hal ini dalam upaya merespon maraknya penggunaan politik identitas pada Pemilu 2019 lalu, yang mana kemungkinan juga akan terjadi pada Pemilu 2024 mendatang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline