Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Musim Semi Bersama Adelia

Diperbarui: 13 Maret 2018   18:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Adelia mendengar gema langkah Abe menuruni tangga semakin menjauh. Namun sisa kecupan di kening wanita beretina biru itu masih terasa hangat.

"Minggu depan kita ke Jardin de Plants, oke? Karena sekarang aku terlalu sibuk menyelesaikan tugas kantor. Kuharap kau paham?" 

"Oke!" seru Adelia sembari mengembangkan senyum.

Walau sebenarnya sudah beberapa kali Abe menjanjikan untuk pergi ke taman yang dimaksud. Padahal memang tempat itu tak jauh dari rumah, hanya sebelas menit dengan bersepeda. Namun Abe memang terlalu sibuk, terkadang saat di rumah pun dia tak terlalu banyak berkomunikasi. Dia dikejar tugas menyelesaikan paperyang harus diajukan untuk konferensi.

Adelia membuka pintu kamar yang menghubungkan ruangannya dengan balkon. Angin berembus cukup kencang, seketika bulu-bulu halus di tangannya berdiri. Kakinya melangkah ke balkon. Dilihatnya sebuah pot yang hanya berisi tangkai yang tak berbunga. Satu daun yang menggantung akhirnya gugur juga. Adelia menunduk lemah, raut kecewa tergambar di wajahnya. Ia pun berdiri dan menutup kembali pintu balkon lantas beraktifitas seperti biasa.

"Adelia, bisa kau buatkan aku teh lemon? Hari ini aku tak bisa keluar karena harus tetap bekerja di rumah. Aku mendapat tekanan dari kantor agar segera menyelesaikan tugas, dan hari senin akan ada meetingdengan supervisor.Namun aku janji, minggu depan kita akan ke sana. Karena tugas ini akan segera beres." Abe memegang tangan Adelia sambil menatap dalam ke mata birunya.

"Aku paham. Baiklah kubuatkan teh kesukaanmu."

Adelia membuatkan segelas teh lemon, asap dari gelas itu mengepul dan memberikan aroma segar. Wanita itu tersenyum menghampiri Abe, sembari meletakkan gelas di meja kerja. Dia juga membawakan suaminya biskuit-biskuit kesukaannya. Agar Abe bisa fokus bekerja tanpa harus mengabaikan perutnya.

Hari pun berlalu mengumpulkan minggu-minggu. Musim dingin telah berlalu dan matahari tersenyum ceria. Burung-burung bernyanyi dan bunga mawar di balkon pun kembali berbunga. Abe menghampiri pot dimana bunga itu mekar dan memetiknya. Lantas dia bersegera memakai sepatu dan berlari menuruni tangga flatdengan jantung berdegup kencang.

Sebelas menit kemudian sampailah di Jarden de Plantstempat yang telah lama Abe janjikan. Matanya menelisik kebun itu sambil terus berjalan menggandeng sepeda. Sebagian taman itu tertutup bayangan dari pohon-pohon pinus. Sejuk dan menenangkan pikiran. Kedua mata Abe tertuju pada bangku di taman.

Abe menghampiri bangku di taman itu, lantas menyenderkan sepedanya pada tangkai pohon pinus. Dia duduk bersandar sambil memegang bunga mawar  yang dipetik dari balkon.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline