Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang berasaskan sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Dimana warga negaranya memiliki warisan sifat-sifat religiusitas dan budaya rasa malu, ramah, dan tamah.
Namun ternyata ada perubahan yang terjadi dikarenakan egoisme individu atau kelompok yang menyebabkan rusaknya sifat-sifat ini. Tak bisa dihindari lagi ternyata ada budaya yang diadopsi oleh beberapa oknum yang memiliki jabatan, yaitu budaya korupsi.
Dengan semangat mewujudkan pemerintahan yang bersih dan transparan, akhirnya Indonesia memiliki Komisi Pemberantasan Korupsi. Dengan adanya KPK, tikus-tikus negara pun akhirnya banyak yang terungkap. Mulai dari kelas teri sampai kelas kakap, mulai dari yang waras sampai pura-pura gila untuk terbebas dari jerat hukum atas tindakan 'cabul' terhadap uang negara.
Kehadiran KPK ini ternyata tidak membuat mereka para oknum politik merasa takut dan jera. Dengan lihainya mereka berkelit dan diam-diam terus memberangus uang negara tanpa peduli terhadap efek bagi ekonomi dan pembangunan negeri ini. Yang terlihat di media mungkin hanya sedikit, karena korupsi yang merajalela ini seperti peristiwa gunung es, yang muncul di permukaan hanya sedikit, namun yang belum terdeteksi banyak karena sulitnya menjerat tanpa adanya bukti konkrit.
Menurut www.kpk.go.id, dalam survei terbaru yang dilakukan Transparency International, Indonesia menempati peringkat 96 (dari 180 negara di dunia) pada Indeks Persepsi Korupsi 2017. Skor yang diperoleh Indonesia dalam daftar indeks tersebut adalah 37, masih sama seperti skor yang didapat Indonesia di tahun sebelumnya.
Sebaiknya pihak yang berwajib tak perlu berbelas kasih terhadap para koruptor. Entah itu kelas teri atau kelas menengah haruslah diberikan hukuman yang membuat jera. Karena bukan hanya merusak nama baik negara namun koruptor itu bisa jadi sumber dari bencana yang di derita rakyat Indonesia.
Terlebih menjelang pemilu 2019, pihak berwenang harus lebih memperketat seleksi kandidat pemilu. Jangan sampai partai yang jelas-jelas memiliki anggota kasus korupsi ikut lolos dalam pemilihan kepala negara. Indonesia memang negara yang menjunjung toleransi, tapi katakan 'TIDAK' pada toleransi terhadap koruptor. Karena jika kasus korupsi tingkat elit lolos, bagaimana bisa korupsi tingkat RT 'terciduk'.
Perketat keamanan negara dengan tidak berbelas kasih kepada para koruptor Indonesia, tanpa harus melihat jabatan atau label agama. Siapapun yang mencuri tetap harus diadili walau hanya seribu rupiah atau recehan saja. Karena pencuri tetap pencuri, walau dia berdasi dan bermobil mewah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H