Lihat ke Halaman Asli

Kisah Cinta Express dalam Bis

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bis nomer 83 yang akan membawaku menuju sentral rinok* datang, aku berlari-lari kecil menghampirinya. Setelah membayar kepada supir sebesar 9 rouble, aku menemukan bangku kosong disebelah seorang kakek berusia 60 tahunan, agak aneh, karena bangku itu seakan kosong dan menunggu aku untuk duduk disana, (sebelum duduk aku melihat beberapa orang berdiri didepan bangku kosong itu) tanpa pikir-pikir lagi aku mulai duduk, setelah pas dan nyaman meletakkan bok*ngku aku dikagetkan dengan sapaan ramah kakek yang duduk disebelahku

“zdraswice, a vi znaete, sto vi ocen krasivaya dewvuska, eksotizm” (hai, apakah anda tahu, anda begitu cantik dan ekzotis) – (dan aku mulai berpikir, ini bukan sapaan ramah, tapi –sedikit mesum- hahahahaha…)

Aku hanya tersenyum dan menjawab “da, Pravda??? spasiba” -ah, yang bener.. makasih deh yaah- (oke sebetulnya ini senyum yang agak sedikit dipaksa untuk dibuat manis karena sebetulnya aku juga heran, mimpi apa aku semalem sampe disapa kakek-kakek begini,hufft)

Aku membuka tasku, bermaksud untuk mengalihkan perhatian dengan bermain hape tapi ternyata ketika tanganku baru ingin membuka -selerekan- tas si kakek bertanya “punya hape ga?? Minta nomernya dooong”
Äku yang sedikit kaget, mendadak dengan perlahan menutup kembali -selerekan- tasku dan menggelengkan kepala “maaf, saya punya hape tapi saya ga mau kasih anda nomer hape saya” (sambil nyengir yang terkesan dipaksakan. ) buset daah, ini orang kenapa yah? Kaga ade basa-basinyeee….
“hahahaha.. pravilno, jangan suka kasih nomer hape kesembarang orang, hebat! Kamu berani menolak saya” kata si kakek sambil memberi jempol kearah ku. (otak ku mulai kacau, sebetulnya mo cepet-cepet turun sih tapi apa daya, 9 rouble tadi itu uang terakhir sampe sentral rinok, dari pada jalan ditengah angin yang bertiup menggila mending tahan aja deh bentar sampai sentral rinok, dan berharap ada nenek berdiri dideket tempat dudukku agar punya alasan untuk memberikan kursi ku! Tapi sayang… tidak ada nenek-nenek satupun!! Oh, takdir takdir)

“eh, eh, boleh tau nama kamu ga??” Tanya si kakek masih saja penasaran

“kalo nama saja boleh, nama saya Trisa” jawabku sambil tersenyum

“”siapa?? Ritta??? ”

“Trisa.. bukan Ritta!”

“ooh, Rita, tau ga ada judul lagu nya the beatles –lovely Ritta- wah, saya jadi ingat jaman saya muda dulu, eh saya waktu muda, ganteng juga loh” ricaunya penuh semangat, dan bisa dibayangkan aku yang mulai setengah mabok darat mikir-mikir “äpah? The beatles? My lovely ritta? What the…..!!!” uuh.. cepet keluarkan aku dari bis ini!!!!

“eh, saya tau artinya lovely ritta loh, artinya –lubimaya ritta- kan??? Hehehe, sayang sekali yah, the beatles tinggal 2 personilnya, hiks” rancaunya makin dalem tentang the beatles, aku Cuma bisa pasrah sambil pasang muka ramah dengan senyum terlebar kaya kuda! Wong aku ndak tau harus ngapain lagi. The beatles.. oh the beatles, dan kenapa namaku jadi Ritta???

“iyah, the beatles kan udah pada tua makanya udah pada meninggal” jawabku spontan, (ealah, yang beginian juga masih tak tanggepi, iki piye toh dindaaaaa!!#$%^&)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline