Pandemi covid-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga dapat memengaruhi kondisi mental setiap orang. Saat ini masyarakat dihadapkan pada aturan new normal yang mendorong masyarakat untuk beradaptasi cepat dengan kebiasaan baru sehingga menimbulkan stress dan cemas yang berlebihan. Kondisi seperti ini diperparah dengan dampak sosial ekonomi yakni potensi terkena PHK yang membuat masyarakat risau masalah finansial, pekerjaan, dan masa depan seusai pandemi ini berakhir.
Tak hanya itu, mahasiswa juga sangat terpengaruh dalam kesehatan mentalnya, tentu karena saat ini mahasiswa mengikuti kuliah secara daring atau belajar dari rumah. Artinya, mahasiswa kini lebih banyak berada di rumah. Tanpa disadari kondisi saat ini yang menjalani karantina di rumah masing-masing bisa berpengaruh pada kesehatan mental.
Di masa pandemi ini sebagai mahasiswa saya pun cukup shock dalam berbagai keadaan. Aktivitas sebagai mahasiswa yang menuntut mahasiswa agar beradaptasi kembali di masa pandemi ini dengan aktivitas perkuliahan seperti biasanya namun terbatas pada media virtual atau daring.
Pada masa pandemi ini mahasiswa lebih memilih pembelajaran secara tatap muka dan kendala yang paling banyak dialami saat pembelajaran daring yaitu sulit berkonsentrasi dan memahami materi yang diberikan.
Pada hasil penelitian Maia, Berta Rodrigues, Paulo Csar (2020) menunjukkan bahwa para mahasiswa yang dievaluasi selama periode pandemi menunjukkan tingkat kecemasan, depresi, dan stres yang jauh lebih tinggi, dibandingkan dengan para siswa pada masa-masa normal. Faktor utama dari kondisi tersebut yakni tuntutan tugas akademik yang ada kalanya terasa berat oleh mahasiswa.
Bisa jadi dirasa tugas tersebut ada di luar batas kemampuan mahasiswa dan menambah stres bukan malah membantu menjaga kesehatan mental. Tidak hanya tugas akademik saja, ada juga faktor lain yang memengaruhi kondisi mental seperti terbatasnya kegiatan bersosialisasi yang dijalani sekarang.
Jadi, dibalik menjalankan aktivitas-aktivitas tersebut, disisi lain kita juga harus menjaga kesehatan imunitas tubuh. Kondisi mental yang seperti ini masih bisa diatasi dengan berbagai cara selagi belum mengarah pada kondisi yang serius. Maka dari itu, kita disarankan untuk mengetahui tanda-tanda gangguan dalam diri maupun orang di sekitar agar bisa mendapat pertolongan yang tepat. Jika kita maupun orang terdekat mengalami gangguan mental, maka segera lakukan beberapa langkah untuk menanganinya.
Dilansir dari www.siloamhospitals.com untuk mengatasi gangguan mental tersebut dapat dilakukan berbagai cara untuk menanganinya, yakni melakukan aktivitas fisik seperti olahraga ringan untuk menenangkan pikiran serta membangun mood lebih baik; memastikan pola makan tetap terjaga secara teratur dengan asupan gizi yang seimbang; menjauhkan diri dari kebiasaan buruk serta istirahat yang cukup; memberi waktu luang dengan mengerjakan hobi atau mencoba hal baru untuk mengusir rasa jenuh dan meredakan stres; dan bijak dalam menerima informasi.
Selain itu, kita juga disarankan untuk tetap berkomunikasi dengan keluarga dan sahabat, terutama jika memiliki masalah untuk diceritakan. Tetap menjaga hubungan dengan lingkungan, baik melalui telepon maupun video call penting untuk kesehatan jiwa agar lebih tenang. Serta tetap berpikir positif dan bersyukur dalam menghadapi situasi pandemi ini.
Jika tanda-tanda semakin parah dan penanganan yang dilakukan secara mandiri tidak cukup, cobalah untuk berkonsultasi dengan psikolog maupun dokter spesialis kejiwaan. Tetaplah berpikir positif dan bersyukur dalam menghadapi situasi ini.