Belakangan ini kita diramaikan dengan kata "Self-Healing". Apa si itu self healing? Menurut (Definition of Self-Healing, t.t.) secara bahasa, self-healing adalah sebuah perilaku yang memang memiliki tujuan untuk menyembuhkan maupun memperbaiki diri sendiri, sementara itu menurut (Vignesh dkk., 2019) yang dilihat dari segi keilmuan, self-healing lebih mendekati kepada proses pemulihan atau penyembuhan yang biasanya diakibatkan oleh gangguan psikologis, trauma dan sebagainya yang mana proses pemulihan ini dimotivasi dan didorong oleh klien atau pasien dan biasanya diatur oleh insting individu tersebut.
Self-healing sangat diperlukan untuk semua orang terutama untuk kalangan remaja, karena kalangan remaja termasuk ke dalam kelompok yang sangat rentan mengalami stress. Di samping itu juga mereka masih berada dalam masa pencarian jati diri yang terkadang sangat membingungkan, para remaja juga dituntut untuk bisa berhasil dalam hal akademik dan juga kehidupan sosial. Banyak dari anak muda yang kemudian gagal dalam mengendalikan emosi akibat tidak bisa membagi waktu antara akademik, kebutuhan sosial, dan keperluan relaksasi, sehingga sangat memicu emosi negatif yang pada akhirnya memicu penyimpangan buruk di kalangan remaja. Secara khusus untuk siswa, penyebab stress biasanya muncul dari faktor terkait akademik, dinamika aktivitas kelompok, relasi sosial, aspek interpersonal, faktor dorongan dan tuntutan personal, dan proses pembelajaran di kelas (Melaku dkk., 2015).
Melihat banyak nya masalah pengendalian emosi dikalangan remaja, banyak sejumlah peneliti mengarahkan perlunya manajemen emosi untuk mengurangi tingkatan stress sekaligus bermanfaat untuk membenahi kinerja akademik siswa dan membantu mereka dalam membangun relasi sosial yang positif di lingkungan sekitar (Fogaca, 2021; Moore dkk., 2021).
Pengendalian emosi, adalah keterampilan penurunan amarah atau stress yang diperlukan semua individu. Amarah yaitu sebuah emosi yang normal dan bisa dialami oleh setiap orang serta mencakup banyanya perasaan seperti malu, takut, bersalah, dan lemah. Meskipun kemarahan adalah bagian penting dari pemberian manusia yang terkadang membantu untuk beradaptasi dan bertahan menghadapi tantangan hidup (Pilania dkk., 2015), kecenderungan marah yang tidak terkontrol akan berakibat pada perilaku negatif. Hal ini dikarenakan unsur-unsur emosi marah kebanyakan terdiri dari sifat-sifat negatif dan bisa diekspresikan dalam wujud kekerasan, melukai diri sendiri, dan agresi fisik ataupun verbal sehingga mengganggu orang lain (te Brinke dkk., 2021).
Oleh karena itu para remaja sangat membutuhkn Self-healing karena salah satu metode yang cukup mendapatkan perhatian karena dianggap bisa membantu seseorang untuk mengendalikan emosi dan amarah. Self-healing bertujuan sebagai suatu proses penyembuhan yang dilakukan sendiri melalui proses keyakinan nya sendiri dan juga didukung oleh lingkungan dan faktor eksternal penunjang.
Banyak cara untuk para remaja melakukan self-healing yaitu dengan salah satu nya menyalurkan hobi yang dimiliki. Dengan begitu mereka punya kesibukan yang memang mereka sukai dari diri mereka sendiri tanpa adanya paksaan dari manapun. Serta self-healing dengan menyalurkan hobi mereka ini bisa memberikan dampak positif dan menghilangkan dampak negatif seperti merasa gelisah, merasa frustasi, merasa sulit berkonsentrasi, merasa marah, dan merasa kehilangan rasa kepercayaan diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H