Aku hampir tidak mengetahui bagaimana bentuk dunia yang ada di luar sana, yang aku tahu hanya ruangan gelap ini. Sempit, sunyi, lembab, dan menakutkan. Tapi siapa yang peduli dengan ini? Semua orang menganggap diriku adalah manusia paling menjijikan. Aku adalah bentuk dari seburuk-buruknya anak yang dilahirkan ke dunia ini, namun siapa memangnya yang minta untuk dilahirkan? Aku tidak pernah meminta hal itu.
"Castor." Ibu mengetuk dinding itu, hanya untuk memastikan bahwa aku menjawab dan masih hidup.
Di waktu-waktu menjelang gelap ini, ibu akan membuka pintu yang terbuat dari kayu itu dan masuk untuk memberiku makanan. Jika saja ibu tahu bahwa aku sama sekali tidak membutuhkan makanan, aku hanya ingin bebas dari ruangan menyesakkan ini.
"Habiskan makanan ini, jangan biarkan ia tersisa sedikit pun."
Ibu terlihat sibuk merapikan barang-barang yang berserakkan di bawah sana setelah meletakkan makanan yang ia bawa di atas nakas, sedangkan aku terdiam tidak menggubris ucapannya.
"Kau masih diam?" ibu melirik dengan mimik wajah marah. "Ibu tidak memintamu melakukan apapun, tapi makan saja kau tidak mau?"
Suara melengking itu berhasil membuatku bangkit. Aku tertatih mendekati nakas dan mengambil makanan yang ibu letakkan di atas sana. Tidak ada lagi suara yang terdengar setelahnya, aku menikmati makanan itu dengan sunyi yang berkepanjangan. Mungkin ibu sudah lelah untuk sedekar mengeluarkan sepatah kata.
"Ibu..." suaraku parau, "kenapa tidak kau bunuh saja aku?"
Aku hanya lelah hidup di dalam ruangan yang menyesakkan ini. Terkadang aku ingin tahu bagaimana rasanya berkeliaran di luar sana, bagaimana pemandangan yang disebut indah oleh orang-orang itu? tidak bisakah aku menikmati semuanya walau sedikitpun?
Barang-barang yang ibu pegang terjatuh begitu saja, ia bergetar menatapku. Entah apa yang tengah ia pikirkan saat ini.
"Aku adalah aib, tapi membunuhku akan menjadi aib lainnya, maka ibu tidak memiliki pilihan selain membiarkanku hidup seperti ini."