Tanaman cabai adalah salah satu komoditi pertanian yang memiliki nilai jual tinggi karena cabai digunakan sebagai bumbu pada masakan untuk memberi cita rasa pedas. Namun dalam budidaya tanaman cabai tentu tak terlepas dari permasalahan hama dan penyakit, tetapi melalui kegiatan KKN dapat dilakukan diskusi antara mahasiswa dengan petani dapat bertukar pikiran terkait pengendalian hama dan penyakit dan mahasiswa KKN FPB UKSW dapat membantu mencarikan solusi untuk permasalahan hama dan penyakit tanaman cabai.
Hama yang paling banyak ditemui pada tanaman cabai milik petani di Cukilan ialah lalat buah. Sedangkan penyakit yang menjadi permasalahan pada budidaya cabai oleh petani di Cukilan adalah pathek atau antraknosa yang merupakan penyakit yang meresahkan petani.
Hama lalat buah atau yang memiliki nama latin (Bactrocera sp.) mengakibatkan kerusakan pada buah cabai yang masih muda maupun buah yang sudah matang. Gejala awal serangan lalat buah nampak dari adanya titik hitam pada bagian pangkal buah, titik hitam pada pangkal buah muncul akibat adanya aktifitas lalat buah dewasa yang memasukkan telurnya pada buah cabai.
Petani cabai di Cukilan biasanya mengendalikan hama lalat buah menggunakan pestisida sintetik yang mana tidak ramah lingkungan. Dimana penggunaan pestisida sintetik ini dapat menyebabkan pencemaran lingkungan selain itu dapat menyebabkan matinya musuh alami dan penggunaan pestisida sintetik terus menerus justru akan menyebabkan hama menjadi resisten.
Sedangkan penyakit pathek atau antraknosa disebabkan oleh jamur Colletrichum sp terkhusus buah. Gejala awal dari penyakit antraknosa yakni bintik hitam dan melingkar. Serangan tahap selanjutnya menyebabkan buah menjadi berkerut kering serta membusuk. Penyakit antraknosa merupakan salah satu penyakit pada cabai yang meresahkan petani di Cukilan karena dapat menyebabkan penurunan yang besar pada hasil panen.
Menurut penuturan petani cabai di Cukilan apabila tanaman cabai tidak terserang penyakit pathek atau antraknosa, petani bisa memanen cabai sekitar 5 ton namun jika tanaman cabai terserang pathek maka panen yang didapat oleh petani hanya dibawah 2 ton. Dimana menurut Duriat (2015) penyakit antraknosa mengakibatkan kerugian yang signifikan karena jika tak dikerjakan pengendalian yang optimal maka dapat mengakibatkan kerugian mencapai 50%.
Namun berdasarkan diskusi dengan petani, hal yang menyebabkan tingginya serangan penyakit pathek atau antraknosa pada cabai di Cukilan salah satunya ialah sanitasi lahan yang kurang tepat. Mayoritas petani cabai di Cukilan tidak membuang atau membakar tanaman cabai yang terkena penyakit antraknosa jauh dari lahan sehingga dapat menular ke tanaman cabai yang lain.
Sedangkan menurut Agastya et al (2017) sanitasi lahan ialah hal penting yang harus dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit. Tanaman yang sudah terserang penyakit merupakan sumber penyakit baru yang siap menyerang tanaman disekitarnya sehingga sebaiknya untuk di eradikasi untuk memutus siklus penyebaran inokulum penyakit tanaman.
Selain itu, rata-rata petani di Cukilan tidak melakukan rotasi tanaman. Namun sebenarnya rotasi tanaman adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memutus siklus kehidupan dari jamur penyebab penyakit antraknosa hal ini sejalan dengan pernyataan Sumartini & Rahayu (2017) bahwa rotasi tanaman akan memutus siklus hidup suatu mikroorganisme yang bertindak sebagai patogen penyebab penyakit.
Selain itu, perlu dilakukan tindakan preventif oleh petani seperti penggunaan benih cabai yang sehat yang tahan pathek atau antraknosa penggunaan benih cabai yang tahan terhadap penyakit ini perlu dilakukan mengingat penyakit ini termasuk patogen tular benih sehingga diharapkan petani dapat memulai melakukan tindakan preventif atau pencegahan mulai dari penyiapan benih untuk menghasilkan tanaman cabai yang lebih sehat.
Kegiatan sosialisasi mengenai hama dan penyakit yang telah dilakukan oleh Tim KKN Desa Budidaya FPB UKSW ini diharapkan dapat menambah wawasan petani mengenai pengendalian hama dan penyakit yang tepat serta menambah wawasan dan juga pengalaman bagi mahasiswa KKN FPB UKSW. Evaluasi dari kegiatan kali ini adalah tim KKN Desa Budidaya FPB UKSW belum mencetak materi mengenai hama dan penyakit untuk diberikan langsung kepada petani pada saat ke lahan. Sehingga dengan evaluasi dan saran yang ada, tim KKN Desa Budidaya FPB UKSW akan memperbaiki diri agar kegiatan belajar bersama petani tentang hama penyakit di lain waktu dapat berjalan lebih baik.