Mendaki gunung adalah suatu hal yang tidak asing bagi para kawula muda pada saat ini. Selain membuat badan sehat mendaki juga dimanfaatkan sebagian orang untuk ajang refresing dari hiruk pikuknya sebuah pekerjaan. Namun, tak sedikit pendaki yang hanya sekedar "me time" dengan melihat indahnya alam yang menenangkan dan menikmati udara yang sejuk.
Salah satu gunung favorit bagi para pendaki adalah gunung yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Gunung tersebut bernama Gunung Merapi. Sulitnya medan pendakian di Gunung Merapi membuat penasaran para pendaki untuk menaklukkan puncak Gunung Merapi. Namun karena medan yang terbilang sulit, tidak disarankan bagi pendaki pemula yang ingin mengawali pendakiannya di Gunung Merapi. Disamping hal itu merapi juga banyak menyimpan hal-hal mistis yang membuat merinding. Inilah kisah pendakian Gunung Merapi dan pengalaman mistisnya !
Pada tahun 2017 saya melakukan pendakian di Gunung Merapi. Saya dan teman-teman rombongan memutuskan untuk berangkat dari rumah seusai sholat subuh. Awal perjalanan entah kenapa sempat terlontar kata-kata tidak baik dari mulut teman saya. Namun, tidak ada yang menghiraukan akan hal itu. Semua seolah-olah baik-baik saja. Kami melakukan perjalanan menuju ke arah jalur pendakian tepatnya di dusun selo boyolali. Dengan menggunakan sepeda motor, kami melewati jalan tepi pegunungan dan hutan yang berada di daerah Magelang. Ditengah perjalalanan tiba tiba ban motor yang dikendarai oleh teman saya bocor. Kejadian tersebut terjadi tepat di tengah hutan dan jauh dari perkampungan. "Mungkin, ada yang salah dengan pendakian ini", batin hati saya. Setelah motor tersebut kami dorong cukup jauh, akhirnya kita menemukan sebuah bengkel. Setelah memperbaiki ban motor tersebut, kami melanjutkan perjalanan menuju basecamp Selo. Setelah menempuh waktu yang cukup lama, akhirnya kami sampai di basecamp. Karena kejadian ban bocor tadi, perkiraan waktu yang telah kami rancang sangat tidak sesuai dengan kenyataan. Akhirnya kami memutuskan untuk memulai pendakian setelah dzuhur.
Disinilah kisah pendakian kami dimulai. Setelah selesai melaksanakan sholat dzuhur, kami kembali mengecek perlengkapan yang kami bawa. Setelah kami rasa siap, kami lanjut dengan membaca doa untuk memohon kelancaran selama pendakian. Tak berlama-lama, dengan semangat kami langsung memulai pendakian ini. Sepanjang perjalnanan kami di suguhi pemandangan yang sangat memukau. Namun, dikarenakan trek yang kami lalui begitu terjal jadi energi kami cepat terkuras, sehingga badan mudah lelah. Teman saya yang sedari tadi tidak bisa menjaga tutur katanya, kembali melontarkan kata-kata kotor berulang kali. Kami telah berulang kali mengingatkan, namun teman saya sama sekali tidak mendengarkannya.
Awal perjalanan saya merasakan banyak kejadian janggal. Mulai dari kebocoran ban motor higga kejadian di pendakian. Saat awal pendakian, kami selalu di datangi oleh burung jalak dan monyet penghuni Gunung Merapi, bagi saya kejadian tersebut adalah hal janggal selama saya melakukan pendakian. Sampai di tengah perjalanan, kami melihat beberapa makam pendaki yang telah gugur saat melakukan pendakian. Hingga waktu menunjukkan pukul 5 sore. Langit sudah mulai menggelap dan perlahan matahari mulai tenggelam. Salah satu teman saya yang sedari tadi mengucapkan kata-kata kotor merasakan kejadian aneh. Ia merasa ada seseorang yang mengikuti kami. Namun, perasaan itu kita tepis dengan pemikiran yang positif.
Pukul 18.30 langit sudah mulai gelap dan kebetulan malam itu tepat sekali kami mendaki pada malam jumat. Di tengah perjalanan salah satu teman saya kembali bercerita, ia merasa seperti diikuti seseorang berparas tinggi besar dan sesosok nenek-nenek yang sedang membawa barang belanjaan seperti hendak ke pasar. Sebenarnya cerita tersebut membuat kami meriding, namun tidak menyurutkan semangat kami untuk menaklukkan puncak merapi. Usai melaksanakan sholat maghrib, kami melanjutkan perjalanan menuju pos terakhir pendakian yaitu Pasar Bubrah. Kami memutuskan untuk mendirikan tenda diatas sana. Pasar bubrah memiliki tempat yang tampak seperti padang pasir yang sangat luas. Banyak sekali bebatuan yang mungkin batu tersebut berasal dari letusan Gunung Merapi.
Malam semakin larut, banyak mitos yang menceritakan tentang keramatnya pasar bubrah tersebut. Salah satu mitos yang paling terkenal ialah pasar bubrah adalah pasar bagi para jin. Sehingga pada malam hari, beberapa orang akan mendengar keramaian di tempat tersebut seperti disebuah pasar. Dan, jika salah satu orang mendengarnya, maka harus melempar koin keluar tenda seolah kita sedang bertransaksi dengan mereka. Semakin malam terasa semakin sepi. Udara yang berhembus semakin kencang dan sangat dingin. Tiba tiba salah satu teman saya yang kerap berkata kasar tadi terbangun di tengah malam yang sepi. Ia melihat seorang nenek-nenek yang sedari tadi ia temui berada di dekat tenda. Tak lama kemudian ia mendengar suara ramai sekali bak pasar.Namun anehnya, beberapa rombongan lain tidak merasakan hal yang sama. Karena kami telah mengetahui mitos tersebut, tanpa berpikir panjang kami melemparkan 1 koin keluar tenda. Selang beberapa jam kemudian muncul seekor ayam dengan bulu terbalik berada didekat tenda kami. Sontak temen saya ini berteriak "woy, lempar 500 perak dapat ayam jago nih". Seketika teriakan tersebut mengundang tawa para pendaki yang lain.
Perjalanan menuju puncak dimulai
Pada pukul 03.00 dini hari rombongan memutuskan untuk summit ke puncak gunung merapi. Namun pendakian di hentikan oleh timsar. Kami dilarang meneruskan pendakian oleh timsar setempat karena batas akhir pendakian adalah pasar bubrah. Namun kami cukup keras kepala dan menghiraukan nasehat dari timsar. Kami tetap memutuskan untuk nekat naik ke puncak. Ternyata memang terbukti medan menuju puncak sangatlah terjal dan terkadang beberapa batu berjatuhan hingga mengenai badan pendaki lain. Karena keras kepalanya kamu, walhasil salah satu pendaki tertimpa batu tepat di bagian kepalanya. Suasana saat itu mirip sekali dengan adegan di film 5 cm. Kami merasakan sendiri bagaimana sulit dan paniknya saat itu.