Lihat ke Halaman Asli

Dinda Aulia

Mahasiswa

Pentingnya Anak untuk Belajar Sesuai Usianya

Diperbarui: 27 November 2022   14:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Haii semuaaa, para sobat kompasiana.

kali ini saya akan membahas tentang pentingnya Belajar sesuai usia anak. Seperti diungkapkan jean piaget pada teori belajar bahw proses belajar akan berhasil jika dilakukan sesuai umurnya. Tapi pasti para sobat kompasiana bertanya tanya mengapa anak harus belajar sesuai usia nya.  Bukan kah lebih baik "satu langkah didepan" teman seusianya.Hal ini berhubungan dengan perkembangan kognitif setiap anak. Menurut jean piaget perkembangan koginitif anak berjalan sesuai usia, dan terdapat 4 tahap dalam perkembangannya. Jika memang sang anak memiliki kemampuan yang lebih daripada seusianya itu tidak masalah tapi jika dipaksakan belajar yang belum pas untuk usianya itu akan menjadikan masalah.

Oleh karena itu, kita perlu memahami tahapan di setiap usia anak, dan bagaimana ia belajar.

Terdapat 4 tahapan perkembangan kognitif yakni tahap sensorimotorik (18-24 bulan) , Tahap Pra-Operasional (2-7 tahun), Tahap Operasional konkret (7-11 tahun) dan tahap operasional (12-dewasa)

1. Tahap sensorimotorik 

Tahap ini terjadi ketika anak mulai berusia 18 sampai 24 bulan. Selama periode tahapan ini sang anak belajar untuk memahami dunia melalui koordinasi pengalaman sensorik yakni melihat dan mendengar dan pengalama motorik yakni menggapai dan menyentuh. Melihat hal itu sebagai orang tua atau orang disekeliling anak dapat mulai memberikan pembelajaran seperti menunjukan bagaimana bentuk bola lalu mengenalkan bagaimana tekstur bola tesebut dengan memegang dan melihat bola tersebut.

2. Tahap Pra-Operasional 

Tahap ini dimulai anak usia 2 tahun sampai 7 tahun. Selama periode tahapan anak mulai berfikir pada tingkat simbolik tapi belum bisa menggunakan logika. Pada tahap ini mulai bisa merepresentasikan atau menggambarkan peristiwa dan objek. Oleh karena itu ketika memasuki tahap ini anak diajak belajar bagaimana menggambarkan suatu peristiwa dan objek bisa dengan mengajak bermain tebak nama buah, hewan dsb atau mengajarinya menggambar berbagai macam objek atau bahkan melatih anak bercerita secara sederhana apa yang ia inginkan atau peristiwa yang terjadi.

3. Tahap Operasional Konkret 

Tahap ini dimulai ketika anak berusia 7 tahun sampai 11 tahun. Periode ini ditandai dengan sang anak mulai dapat berfikir secara logis tapi ia baru bisa menerapkan logika pada objek fisik atau nyata. Sang anak belum mampu berfikir secara abstrak. Pada tahap ini sebaiknya anak mulai belajar di bangku sekolah, di bangku sekolah anak akan belajar beragam macam hal. misal di kelas 1 anak akan belajar membaca dan menulis lalu akan mulai belajar menghitung dsb. Dengan pembelajaran itu anak akan meningkat kan kemampuannya bagaimana berfikir secara logis. Bagaiman dia menulis nama nya, bagaimana dia menghitung buah buah an secara benar dan hal logis yang sebelumnya ia tidak bisa

4. Tahap Operasional Formal

Tahap ini dimulai sang anak berusila 12 tahun dan berlangsung sampai ia dewasa. Ketika anak memasuki tahap ini anak mulai memperoleh kemampuan berfikir secara abstrak. Pada usia ini juga pendidikan sang anak akan menuju jenjang yang lebih tinggi sehingga guru dapat memberika pembelajaran yang menigkatkan kemampuan ia berfikir secara abstrak dan kreatif. Mungkin dengan memberikan tugas kesenian berkelompok, ia akan belajar bagaimana mengumpulkan ide dan memunculkan kekreatif dari anak tersebut.


Dilihat dari penjelasan diatas, betapa perlunya seorang anak belajar sesuai usianya karena setiap usia anak memiliki ciri khas kemampuan masing masing yang berati pembelajaran yang diberikan harus sesuai. Contoh saja ketika anak masih berusia 18 bulan sudah diajarkan bagaimana mereprentasikan suatu peristiwa atau objek,Tentu sang anak akan mengalami kebingungan dan kesulitan karena seharusnya usia nya baru mulai belajar objek dan tentang dunia belum mereprentasikannya dan juga sang anak belum memiliki kemampuan itu. Atau ketika sang anak sudah berusia 13 tahun namun dia malah belum belajar berfikir secara abstrak sang anak kesulitan mengerjakan soal soal yang sudah mulai memintanya berfikir lebih abstrak.


Selain usia, belajar akan berhasil jika setiap proses nya berjalan dengan main. Menurut teori belajar jean piaget terdapat 3 proses belajar.

1. Proses Asimilasi

Proses asimilasi adalah proses penggabungan pengetahuan/informasi baru yang didapatkan anak ke struktur kognitif yang telah ada. misal : seorang anak telah mengerti prinsip berjalan lalu ayahnya memperkenalkan nya tentang prinsip berlari, maka terjadilan proses penggabungan prinsip berjalan yang telah dimiliki anak dengan prinsip berlari yang baru ia kenal. 

2. Proses Akomodasi 

Proses akomodasi adalah proses penyesuaian pengetahuan baru ke situasi yang baru pula. misal : anak telah memahami prinsip berlari lalu sang ayah untuk berlari, karena telah memahami anak akan mulai menyesuaikan dan ia akan bisa berlari .

3. Proses Equlibrasi 

Proses Equlibrasi adalah proses penyeimbangan antara asimilasi dan akomodasi, Ketika proses Equilibrasi berjalan dengan baik anak dapat mendapatkan pengetahuan baru atau pengalaman baru. 


Setiap anak memiliki tingkat pemahaman dan perkembangan yang berbeda-beda terlepas dari usianya .Tapi kita sebagai orang dewasa sebaiknya membantu anak sesuai tahapannya sehingga sang anak dapat terus terus berkembang sesuai usianya. Setiap usia nya memiliki ke rentan an. misal di usia 18-24 bulan ia akan sering memegang segala sesuatu yang ia didekatnya tanpa tau itu berbahaya atau tidak. Sedangkan di usia remaja anak akan rentan berfikir diluar nalar apalagi ditambah perkembangan zaman dimana anak sudah memiliki kemampuan berfikir secara abstrak dan kreatif kadang yang ia lakukan agak ajaib. 

Perlu diingat proses belajar akan berhasil jika sesuai usianya, jangan sampai terlambat atau bahkan terlalu cepat. Jika terlalu lambat anak akan mengalami kesulitan memahami hal yang seharusnya telah ia pahami di seusianya, atau jika terlalu cepat sang anak akan mengalami kebingungan dan akhirnya tidak dapat menerima pembelajaran dengan baik. 

Dan ketika belajar, buat anak belajar memahami bukan hanya sekedar menghafal. Karena ketika anak hanya menghafal ia akan kesulitan ketika mendapati masalah yang berbeda padahal hanya sedikit perbedaan. 

sekian terimakasih byeeeee.



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline