Lihat ke Halaman Asli

Dinda Buana

Available

Cerutu: Aku Ikut!

Diperbarui: 27 November 2021   19:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku Anila, anak bungsu dari dua bersaudara. Kakakku bernama Nabastala, atau aku sering memanggilnya Tala. Tala adalah figur kakak yang penuh dengan rasa tanggung jawab, dia anak yang pekerja keras dan penuh dengan ambisi. Setiap apa yang dia inginkan harus dia dapatkan. Apalagi ketika saat itu dia menjadi tulang punggung keluarga setelah abah pergi entah kemana. Semua tanggungan rumah seperti listrik, sandang, pangan, dan kuliahku pun dia yang biayai. 

Oh iya, tidak lupa juga biaya pengobatan ambu. Karena Tala selalu mendapatkan apa yang ia mau, makanya jarang sekali ia gagal dan kecewa. Sebaliknya denganku, aku ini termasuk anak yang tipe-nya santai dan mengikuti arus. Karena bagiku, dengan sifatku yang seperti itu akan mudah untuk menerima kekecewaan dengan lapang dada. Jika usaha pertama ku gagal, aku selalu percaya bahwa semesta punya rencana lain untukku. Aku sering merasa gagal dan kecewa, tapi kembali ke alasan ku di awal, karena itulah cukup mudah bagiku untuk berpaling dari kesedihan.

***

Jam wekerku berbunyi, yang artinya waktu menunjukkan pukul delapan pagi. Ku hadapakan tubuhku ke kanan, segera ku matikan wekerku dan kembali terlelap. Disela mimpi indahku terdengar suara kecil memanggil namaku.

"an...an...bangun"

Jujur, aku mengabaikan suara itu dan kembali menjelajahi mimpiku. Tak lama setelahnya, suaranya semakin jelas dan semakin kencang. Akhirnya kupaksakan diriku untuk membuka mata, ketika mataku mulai terbuka, terlihat seseorang membawa codet dan siap untuk memukulkannya ke pantat panci yang sudah hitam di tangan sebelahnya. 

Ternyata orang yang sedari tadi berdiri di samping kasurku dan siap memukul panci dengan codet itu adalah Tala. Dia menaruh codet dan pancinya di lantai dan mulai menggoyangkan badanku sambil menyuruhku untuk beranjak dari tempat tidur. Dengan nada sedikit kesal karena menganggu tidurku, aku bertanya kepadanya.

"iya iya aku bangun, kenapa sih? Gak bisa ya bangunin orang tuh yang wajar-wajar aja"

"kamu kalau sudah tidur seperti orang mati suri an, jadi ngga bisa dibangunkan dengan cara biasa" Tala mengejek.

"yasudah ayo cepat bangun, aku sudah siapkan makanan untukmu dan ambu di meja makan. Aku ingin berangkat kerja, karena ada klien jam 8 jadi aku ngga boleh telat. Obat ambu pun sudah ku siapkan, jangan lupa beri ambu obat setelah makan. Aku berangkat ya" Tala meninggalkan rumah.

Ku dongakkan kepala ku ke kearah jam dinding yang berada di atas meja televisi dan melihat waktu menunjukkan pukul 10.30. Seolah sudah terbiasa dengan tigkahnya aku tidak merasa heran lagi, dan segera berjalan ke meja makan untuk memakan makananku. Selesai makan, mataku tertuju pada satu porsi makanan di atas piring yang masih utuh dengan beberapa butir obat di sebelahnya. Dengan rasa sedikit jengkel, aku ambil keduanya dan membuangnya ke tempat sampah, kemudian berjalan ke ruang tamu dan menyalakan radio sambil membaca buku yang belum aku selesaikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline