Lihat ke Halaman Asli

Keberagaman Implementasi Kebebasan Berbansangsa dan Bernegara dalam Alinea 1 Pembukaan UUD 1945

Diperbarui: 21 Agustus 2023   19:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

     Seiring Indonesia terus bertransformasi, nilai-nilai yang diakar dalam implementasi kebebasan berbangsa akan menjadi landasan bagi pembangunan nasional yang berkelanjutan. Implementasi Kebebasan Berbangsa, sebagaimana diamanatkan dalam alinea pertama Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, menjadi dasar bagi berbagai upaya dalam menggarisbawahi prinsip-prinsip kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia. Konsep ini menjunjung tinggi hak segala bangsa untuk hidup dalam kebebasan dan menyuarakan penolakan terhadap penjajahan yang bertentangan dengan prinsip kemanusiaan dan keadilan.
Dalam konteks implementasi, kebebasan berbangsa merujuk pada penghormatan terhadap hak setiap individu dan kelompok untuk menentukan nasibnya sendiri serta mengambil bagian dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik tanpa campur tangan yang merugikan dari pihak luar. Prinsip ini mendukung gagasan bahwa kebebasan merupakan hak universal yang harus dijamin untuk semua bangsa, terlepas dari latar belakang budaya, agama, atau etnis (Malik Ladahiri, 2018).


     Perspektif positif terhadap keberagaman tercermin dalam pengakuan hak asasi manusia sebagai prinsip fundamental. Kebebasan berbangsa tidak hanya diterapkan pada tingkat nasional, tetapi juga berlaku bagi hak setiap individu dalam berpartisipasi dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi. Ini menciptakan kondisi di mana setiap warga negara dapat berkontribusi dan mendapatkan manfaat tanpa diskriminasi. Implementasi Kebebasan Berbangsa mengandung dimensi yang luas, termasuk penghapusan penjajahan dan perlindungan hak asasi manusia. Konsep ini juga mendorong pembangunan negara yang inklusif, di mana seluruh warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan dan pengambilan keputusan. Oleh karena itu, implementasi ini mencakup pula pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kesadaran akan hak-hak yang dimiliki (Santoso et al. 2023).


     Salah satu dampak positif dari implementasi ini adalah penghormatan terhadap keragaman budaya, agama, dan etnis. Indonesia, sebagai negara dengan keragaman yang luar biasa, menjadikan kebebasan berbangsa sebagai landasan untuk menghargai perbedaan dan mencegah konflik yang berpotensi muncul akibat perbedaan tersebut. Implementasi ini merangsang upaya untuk membangun kerjasama lintas budaya, mempromosikan toleransi, dan memperkuat rasa persatuan dalam keberagaman. Di dalam kerangka yang demokratis, kebebasan berbangsa membuka peluang bagi semua warga negara untuk bersuara dan berkontribusi dalam perubahan positif. Namun, perlu diingat bahwa menghadapi tantangan seperti polarisasi dan konflik juga memerlukan upaya yang berkelanjutan (Triputra, 2017).


     Selain itu, perspektif positif terhadap keberagaman juga menggerakkan upaya pemberdayaan masyarakat dan inklusi sosial. Implementasi kebebasan berbangsa mendorong semua warga negara untuk memiliki akses yang sama terhadap pendidikan, pekerjaan, layanan kesehatan, dan fasilitas umum. Ini memberi peluang bagi setiap individu, terlepas dari latar belakang, untuk berkontribusi pada pembangunan nasional. Memastikan kemerdekaan dan kedaulatan sejati dalam masyarakat yang beragam budaya dan pandangan bisa menjadi tugas yang menantang tanpa risiko konflik, polarisasi, dan eksploitasi serta perlunya merumuskan kebijakan yang menghormati hak semua warga tanpa memihak.


Kesimpulan
Konsep kebebasan berbangsa yang diimplementasikan dalam alinea pertama Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mencerminkan pandangan positif terhadap keberagaman, mengakui hak setiap bangsa untuk hidup dalam kedaulatan dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan. Perspektif positif ini membuka pintu bagi sejumlah manfaat dalam konteks implementasi keberagaman di Indonesia. Dengan memandang positif keanekaragaman sebagai kekayaan, dan memastikan bahwa hak setiap individu dihormati, kita dapat mewujudkan visi masyarakat yang adil, harmonis, dan sejahtera. Dalam proses ini, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat sipil, dan kelompok agama menjadi kunci untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian, kita dapat mengukir masa depan yang cerah, di mana keberagaman menjadi sumber daya yang memperkaya, bukan memisahkan, dan harmoni menjadi landasan bagi kemajuan bangsa.


Daftar Rujukan
Malik Ladahiri, SH.MH. 2018. "Politik Hukum, Dalam Bingkai UUD 1945, Hasil Amandemen (Analisis: Tentang Hak Asasi Manusia)." : 241--68.
Santoso, Gunawan, Aim Abdul Karim, Bunyamin Maftuh, and Ma'mun Murod. 2023. "Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan Tinggi Melalui Kajian Filosofis Pembukaan UUD 1945 Indonesia Abad 21." Jurnal Pendidikan Transformatif (Jupetra) 2(1): 297--311.
Triputra, Yuli Asmara. 2017. "Implementasi Nilai-Nilai HAM Global Ke Dalam Sistem Hukum Indonesia Yang Berlandaskan Pancasila." Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM 24(2): 279--300.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline