Lihat ke Halaman Asli

Suguhan Berbahaya Bagi Anak

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kenali dan hindari.
Hati-hati dalam memilih dan bersikap.

Tumbuh kembang anak tentunya menjadi prioritas setiap orangtua. Setiap tetes keringat dan uang yang dikeluarkan dipersembahkan untuk sang anak, “apapun deh buat anak”. Banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak. 5F (Food, Fashion, Fun, Film,Family), empat faktor penting dalam tumbuh kembang, apabila salah memilih dan salah bersikap akan berubah menjadi suguhan berbahaya bagi anak. Menurut Dra. UMI DAYATI, Psi (Dosen Universitas Negeri Malang ) dan dr. WISNU WAHYUNI, Sp.KJ (Dokter Psikologi RS Saiful Anwar Malang ) pembicara seminar sehari pokja Gerakan Sayang Ibu (GSI), sebagaimana yang dikutip oleh lumajang.go.id, sikap ketidaktahuan orangtua justru akan meminimalkan perkembangan anak.

Suguhan berbahaya yang pertama yaitu food. Menurut Dr. Reysa Eka, dalam bukunya “Rahasia Mengetahui Makanan Berbahaya”, orangtua terkadang cukup intens memperhatikan menu makanan dan minuman utama anak, tetapi acap kali melalaikan kualitas jajanan anak, padahal tidak sedikit jajanan yang mengandung bahan adiktif atau bahan tambahan yang tidak aman bagi anak seperti MSG, borax, formalin, dan lain-lain. Memberikan anak makanan yang mengandung zat adiktif berbahaya sama dengan meracuni anak. Fenomena berbahaya lainnya yaitu rame-rame diberitakan seorang anak gemar makan sabun seperti yang dialami Anton, 7 tahun. Menurut tim dokter puskesmas Benowo Surabaya, Anton dinyatakan sehat tetapi tim dokter berharap Anton menghentikan kebiasaannya, sebab dikhawatirkan akan terjadi iritasi pada tubuhnya nanti.

Yang kedua, fashion. Apa yang anda pikirkan ketika melihat cara berpakaian anak kecil yang tidak sesuai lagi dengan usianya atau “tua” sebelum waktunya?, jawabannya pasti beragam ada yang menganggap lucu, aneh, atau bahkan mengasihani, tetapi yang namanya ‘tidak sesuai’ berarti ada sesuatu yang salah dengan hal tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Habib Abdurahman, Universitas Gunadarma, gaya berpakaian yang berlebihan pada anak dapat mengakibatkan gangguan pada kedewasaan psikologis anak, dalam hal ini kedewasaan si anak akan menjadi terlalu cepat matang dan akan berpengaruh dalam pergaulan si anak nantinya.

Yang ketiga, fun. Mainan, merupakan salah satu benda yang bisa menyenangkan anak, media pembelajaran untuk merangsang pertumbuhan. Namun dibalik kesenangan tersebut, sejumlah mainan memberikan ancaman kesehatan bagi anak. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) telah mengumumkan sejumlah mainan edukasi yang dipasarkan di Indonesia, khususnya Jakarta mengandung zat berbahaya logam berat seperti timbal (Pb), merkuri (Hg), cadmium (Cd), dan chromium (Cr) yang terutama berasal dari zat pewarna.

Selain mainan edukasi, ancaman pun datang dari pemakaian gadget. Gadget sudah menjadi konsumsi anak di kehidupan sehari-hari. Menurut penelitian di Abertawe Bro Morgannwg University menunjukkan, sebagaimana yang dikutip oleh antarbengkulu.com, teknologi bisa menjadi bom waktu bagi kesehatan anak. Berlebihan menggunakan telepon pintar alias smartphone ataupun komputer tablet bisa memicu nyeri punggung dan leher, bahkan pada usia anak-anak. Selain itu, banyak menggunakan teknologi semacam smartphone cenderung membuat anak-anak lebih malas bergerak.

Yang keempat, film. Menonton film atau menonton acara di televisi telah menjadi konsumsi sehari-hari orang dewasa bahkan anak-anak. Beberapa orangtua telah mengarahkan anak-anak untuk menonton acara khusus anak seperti film kartun, tetapi ternyata tidak semua acara anak di televisi kita cocok untuk dijadikan tontonan dan tuntunan. Bahkan beberapa di antaranya sudah berada dalam kategori berbahaya versi Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA), yang kalo diperhatikan banyaknya produksi luar negeri seperti crayon shincan, tom&jerry, dan lain-lain. Yang dimaksud kategori berbahaya ini karena content atau isinya lebih banyak mengandung muatan negatif daripada muatan positifnya. Misalnya kekerasan, bahasa yang kasar, seks, mistis, dan isi cerita yang rumit.

Yang kelima, family. Dari rumahlah pendidikan anak bermula. Sikap dan cara mendidik orangtua di rumah sangat mempengaruhi perilaku anak. Anak-anak belajar dari melihat dan mendengar. Bila orangtua sering keliru atau menyalahi nasehatnya, maka anak-anak akan terdidik jelek. Contohnya: giat belajar menjadi lebih mudah bagi seorang anak yang mendapati ibunya rajin membaca. Giat shalat menjadi lebih sulit jika anak kerap menyaksikan ayah dan ibunya tidak mempedulikan seruan adzan.

Siapa yang salah dalam semua kasus diatas? Tentu jawabannya adalah orangtua, sebagai orang terdekatnya. Seorang anak hanya bisa menangis jika kehendaknya tidak dituruti, atau cuma bisa ketawa jika apa yang diingininya dituruti. Belajar dari kesalahan diatas, yuk bersama-sama rubah diri kita supaya menjadi orang tua yang lebih baik.
Pertama, tingkatkan keilmuan kita dengan mengenali bahan-bahan berbahaya terkait makanan.
Kedua, berikan arahan dan bimbingan secara bijak kepada anaknya mengenai bagaimana cara anaknya berdandan dan berpakaian sesuai dengan usia dan kenyamanan si anak untuk bergerak dan berinteraksi dengan teman-temannya.
Ketiga, perhatikan label petunjuk penggunaan, keterangan usia maupun bahan mainan di kemasannya. Dampingi dan kontrol penggunaan gadget.
Keempat, dampingi anak ketika menonton, memberikan pengertian dan pemahaman pada anak apa yang baik dan buruk.
Kelima, sebelum memerintah kebaikan atau melarang kejelekan, hendaklah orangtua memulai dari dirinya sendiri. Dalam proses pembentukan karakter anak, diperlukan orangtua yang konsisten dalam memberi teladan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline