Lihat ke Halaman Asli

Dinariya

Freelancer

Mengulas Fisosofi Teras : Belajar Hidup Rasional di Dunia yang Irasional

Diperbarui: 21 Januari 2025   09:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi orang bahagia (Freepik/schantalao)

Berbicara mengenai filosofi teras memang sangat menarik. Terlebih lagi setelah kepopuleran buku dengan judul yang sama. Filosofi yang bernama asli Stoism atau Stoikisme ini bahkan telah banyak digandrungi. Namun, apakah filosofi ini benar-benar "sempurna" untuk kita terapkan dalam kehidupan? Nah, simak ulasan lengkapnya berikut ini yang telah dirangkum dari kanal YouTube Satu Persen.

Filosofi yang berasal dari Yunani ini memang mengajarkan manusia untuk menghadapi berbagai masalah hidup dengan cara yang baik. Sehingga kita bisa melewatinya dan bahkan menghindari masalah tersebut. Konsep dasar utama filosofi ini adalah berfokus pada hal yang bisa kita kontrol dan mengabaikan hal-hal yang tidak bisa kontrol.

Fokus pada hal yang dapat kita kontrol ini akan membuat orang bahagia karena hanya perlu memikirka apa yang bisa dikendalikan. Misalnya, kita akan lebih baik mengelola emosi yang kita rasakan karena emosi bisa dilatih dan bisa kita kendalikan. Berbeda dengan perkataan orang lain yang tak dapat kita kendalikan. Sehingga kita akan diminta fokus pada emosi kita daripada omongan orang lain.

Ajaran selanjutnya dari filosofi ini adalah kehidupan yang tidak hanya tentang hal duniawi melainkan masih ada kehidupan lagi setelah kematian. Selain itu, kita juga dianjurkan untuk fokus ke hal yang baik, bagi diri sendiri dan juga orang lain. Nah, jika kita perhatikan ajaran ini memang menuntun kita untuk berfokus pada hal-hal tertentu saja, yang penting-penting saja sehingga hidup menjadi lebih bermakna dan tidak sia-sia.

Sekilas memang ajaran Stoikisme ini memang patut untuk menjadi filsosofi kehidupan kita. Namun, jika dilihat kembali maka filosofi ini belum tentu cocok untuk semua orang. Ada kalanya manusia ini begitu emosional dan tidak bisa menjadi rasional. Berbeda dengan ajaran Stoikisme yang selalu mengajarkan untuk menjadi rasional.

Tak hanya itu, dalam hidup kita tak bisa dijauhkan begitu saja dengan hal-hal yang tidak kita inginkan. Kita tak bisa begitu saja menutup diri dengan apa yang terjadi di luar kendali kita. Karena itulah filosofi ini tak serta merta kita bisa terapkan sepenuhnya.

Pada akhirnya segala sesuatu memang memiliki plus dan minusnya tersendiri. Tinggal bagaimana kita mengambil sisi positif untuk membantu diri menjadi lebih baik serta meninggalkan hal negatif yang tidak bisa kita tiru. begitu juga dengan filosofi ini yang tidak serta merta harus saklek kita terapkan dalam kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline