Lihat ke Halaman Asli

Kearifan Lokal pada Si Doel The Movie

Diperbarui: 26 Agustus 2018   23:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Kamis, 16 Agustus 2018, saya menonton film "Si Doel The Movie" di bioskop dekat rumah usai berkunjung ke Museum Macan, Jakarta, melihat pameran karya seni "LIFE IS THE HEART OF A RAINBOW"-nya Yayoi Kusuma. Hari itu, saya merasakan kebebasan sehingga menggunakan beberapa jam untuk "me time". Tepat pukul 12:30 wib, bangku urutan ke-16 pada baris H, seya menikmati akting Rano Karno dan teman-temannya.

Kesan pertama saya adalah Si Doel masih kalem seperti dahulu. Irit dan hemat bicaranya. Dia berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, seperti Atun, Mpok Lela, dan Bang Mandra yang tidak irit bicara. Kesamaan lainnya adalah masih ada dua perempuan yang dibuat galau olehnya, yaitu Zaenab dan Sarah. Duh, hal yang menggemaskan, tentu saja.

Nafas lain yang menjadi benang merah antara Si Doel versi serial televisi dengan layar lebar adalah karakteristik para tokoh yang begitu kuat menempel kepada para pemainnya.

Bahkan, jika sang tokoh meninggal dunia, maka peran di dalamnya pun turut meninggal dunia sehingga hanya satu nafas yang kuat pada penokohannya masing-masing. Dengan demikian, peran tersebut seolah tak dapat tergantikan oleh pemain pengganti lainnya.

Yang jelas terlihat adalah kearifan lokal. Misalnya, diungkapkan mengenai Tong Tong Fair yang diselenggarakan di Belanda. Itulah alasan utama mengapa Doel dan Mandra bersedia datang ke Amsterdam, Belanda, memenuhi undangan Hans, sepupunya Sarah. Adapun, untuk informasi mengenai Tong Tong Fair, dapat dibaca pada link tongtongfair.nl.

Kearifan lokal lainnya adalah mengenai budaya Betawi sebagai nuansa lokal cerita film. Dengan jelas dan gamblang, dikisahkan mengenai kebiasaan, makanan, kesenian, dan hal lainnya sejak serial Si Doel masih di televisi hingga di layar lebar. Dari sinilah, Rano Karno selaku sutradara, penulis, dan tokoh utama mengembangkan ide cerita. Salah satunya, yang tetap menarik adalah 'rumitnya' kisah cinta antara Doel-Sarah-Zaenab.

Doel-Sarah-Zaenab. Jika Doel dengan Sarah, maka yang dominan sebagai pasangan suami istri adalah Sarah. Adapun, jika Doel dengan Zaenab, maka yang dominan adalah Doel.

Setiap penonton memiliki pilihan tersendiri. Apakah fansnya Doel-Sarah, Doel-Zaenab, atau setuju jika terjadi poligami antara Sarah-Doel-Zaenab? Pilihan yang rumit namun masih seksi untuk dikisahkan karena hal itulah salah satu magnet menarik penonton. Mungkin, bisa jadi, ada tokoh perempuan lain yang dapat membuat Doel panas dingin kembali setelah Sarah dan Zaenab?

Kemudian, yang menarik adalah kehadiran generasi ketiga, yaitu putranya Doel dengan Sarah dan putanya Atun dengan Mas Karyo yang dikisahkan sudah almarhum. Diharapkan, dengan adanya generasi ketiga, sebagai penonton, saya menangkap signal bahwa itu tanda menarik penonton baru. Setidaknya, generasi milenia tertarik untuk menonton Si Doel dan menjadi penonton setia.

Begitulah. Si Doel The Movie tentu saja masih menarik untuk ditonton bersama anggota keluarga tercinta dengan dihadirkan pemandangan indah di beberapa wilayah Amsterdam, Belanda.

Jenis Film: Drama

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline