Lihat ke Halaman Asli

Teruskanlah....

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah rumah cluster minimalis yang bercat hitam putih.

"Terima kasih kau sudah datang, D. Kutahu kau pasti takkan bisa menjauh dariku."

Aku tersenyum tipis. "Nih, kukembalikan Andrei Laksana-mu. Novel yang inspiratif, Lelaki Terindah. Bagiku, kau juga pernah menjadi lelaki terindah di dalam salah satu fase kehidupanku."

Al menarik alis kanannya. "Jadi, kau akan ikut bersama kami ke kota itu? Kau, aku, dan perempuan itu."

Aku berdehem. "Nope, thanks."

"Kau merasa tertipu denganku, D?"

"Uhm, sedikit banyak, ya, tertipu tapi teruskanlah perjuanganmu itu. Kau dan 'perempuan' itu..."

Al menyeringai. "Kau tak menyalahkan hubungan kami?"

Aku menggeleng. "Tidak. Biasa saja.... Jangan tanyakan lagi soal itu, ya, karena sulit bagiku untuk memberikan kata-kata yang tepat untuk menjawabnya. Yang jelas, kau dan dia sudah dewasa dan tahu konsekuensi dari segala tanggung jawab yang kalian ambil."

"Nampaknya, selibat tak lagi ada di otakmu, ya? Bagaimana dengan tuduhan murtad, atheis, lesbian, hipokrit, liberal, pemuja setan.... Lalu, sederet tuduhan lainnya?" Al menatapku kecewa.

Aku berjalan ke dapur. Lalu kutuangkan air es dingin dari dalam kulkas. "Abaikan saja. Lumayan, mendapatkan pahala dari tuduhan tersebut, mungkin pahala atau musibah, entahlah, mereka yang melontarkan hal tersebut mungkin akan lebih memahami hal tersebut karena lebih 'berilmu' dariku. Wallahualam." Jawabku santai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline