Lihat ke Halaman Asli

Dina N. A Muaz

Menulis adalah candu walau terkadang terhalang typo.

Jugun Ianfu : Jerat Luka Perempuan di Masa Kelam

Diperbarui: 14 Januari 2022   21:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jugun Ianfu. Sumber : https://tirto.id/jugun-ianfu-budak-wanita-di-masa-penjajahan-jepang-cgZz

"Mereka adalah perempuan baik-baik yang tak mampu melawan arus kekejaman para penjajah. Tak terhitung berapa banyak derai air mata yang rasanya membuat hampir gila. Tahun demi tahun telah berlalu namun luka itu tetap saja ada. Jika di suruh memilih mereka juga tak mau menjadi Jugun Ianfu, Jugun ianfu bukan sebuah pekerjaan namun sebuah takdir kelam"

Malam ini saya tertarik kepada sebuah buku yang  sudah lama nongkrong cantik tanpa ngopi-ngopi di rak buku yang ada dalam ruangan berwarna abu-abu. Buku   terbitan dari Balai Pustaka yang berjudul " Sejarah Nasional Indonesia, Zaman Penjajahan Jepang dan Zaman Republik jili VI" . Buku ini termasuk golongan buku tebal, tebalnya satu ruas jempol mungil saya.

Buku yang merupakan karya Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia, dieditori adalah Marwati Djoened  Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto serta editor umum pemutakhiran buku ini oleh  R.P Soejono dan R. Leirissa, memiliki deretan kalimat indah yang  sangat mudah untuk di cerna. Kalimat-kalimat yang mampu membawa pembacanya seolah berlayar ke zaman penjajahan Jepang sebuah alasan kenapa buku ini wajib dimiliki dan dibaca.

Penjajahan JepangSumber : https://idsejarah.net/2016/09/penjajahan-jepang-di-indonesia.html 

 Saya tertarik untuk mengulas kembali topik mengenai Jugun Ianfu yang ada pada halaman halaman 68-74 . 

Saya rasa semua orang akan sepakat bahwa perempuan adalah makhluk indah ciptaan Tuhan yang ada di dalam alam semesta. Keindahannya menumbuhkan daya tarik seperti magnet. Laksana bunga yang begitu wangi yang memikat kumbang-kumbang silih berganti menyerbu dan menghisap sari-sari si bunga. Keindahan yang dimiliki perempuan terkadang membawa malapetaka sendiri bagi dirinya.

Sejarah kelam kaum perempuan terpantri rapi dalam buku-buku sejarah termasuk dalam buku sejarah Indonesia VI. Dalam buku ini menceritakan bagaimana menderitanya perempuan-perempuan yang hidup kala itu. Sebuah luka batin yang tak terlupakan dan mebekas di setiap ingatan.

Jepang dan Indonesia jika ditempuh dengan jalan kaki akan jauh terasa, Jarak menghadirkan rindu dan kekosongan jiwa haus akan cinta. Rasa rindu dan kurang hiburan di tepat negara jajahan membuat para penjajah berpikir keras. Mereka mencari solusi bagaiamana cara melenturkan urat-urat tegang di negara jajahan. 

Urat-urat itu semakin tegang karena kebutuhan biologis yang tak terpenuhi. Dalam buku ini di kisahkan untuk memenuhi kebutuhan biologis kalangan militer dan sipil jepang maka perempuan di rekrut menjadi Jugun Ianfu. Jugun Ianfu adalah istilah yang diberikan kepada perempuan yang melakukan layanan seksual kepada tentara jepang dan pihak sipil jepang.

Perekrutan Jugun Ianfu dengan Romusha mempunyai titik kesamaan yakni di lakukan dengan cara memaksa. Perempuan-perempuan dari desa di paksa dengan cara kekerasan , penculikan sampai tipu muslihat. Perekrutan Jugun Ianfu dilakukan dengan cara tertutup. Korbannya adalah gadis baik-baik tipu muslihat membuat mereka harus masuk kedalam kejurang hitam.

Para perempuan dipaksa menjadi jugun Ianfu direndahkan oleh bagsa lain di negaranya sendiri. Para perempuan yang di rekrut bahkan namanya di ganti menjadi nama-nama jepang dan di tempatkan dalam sebuah rumah bordir bernama Ian-jo.

Mengapa diganti dengan nama jepang?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline