Lihat ke Halaman Asli

Dina Mardiana

TERVERIFIKASI

Penulis dan penerjemah, saat ini tinggal di Prancis untuk bekerja

Bersinar Seindah Mutiara Melalui Usaha Pengolahan Kain Perca

Diperbarui: 3 Desember 2017   22:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu Irma Suryati menerima penghargaan dari Menpora Adhyaksa Dault pada tahun 2009 sebagai Juara Pertama Tingkat Nasional Wirausaha Muda Teladan. (foto: dok.Ibu Irma)

Beberapa waktu yang lalu saya pernah menuliskan profil singkat tentang Ibu Irma Suryati, penyandang disabilitas yang mendapat nominasi penghargaan Danamon Entrepreneur Awards untuk periode tahun 2017. Nominasi itu diperoleh berkat usaha Ibu Irma memberdayakan sesama penyandang difabel, bahkan para PSK dan waria untuk berkarya menghasilkan kerajinan tangan berupa keset, boneka dan beberapa hiasan rumah lainnya melalui UKM yang didirikannya bersama sang suami.

Untuk itu, saya pun tertarik mewawancarai Ibu Irma melalui Whatsapp agar bisa mengetahui lebih banyak tentang sepak terjang beliau dalam mendirikan dan mengembangkan UKM-nya. Kini, UKM yang diberi nama Mutiara Handycraft telah mempekerjakan para karyawan binaan sebanyak 3000 orang di seluruh Indonesia. Bahkan, Ibu Irma pernah mendapatkan penghargaan dari Bapak Adhyaksa Dault, Menteri Pemuda dan Olahraga pada tahun 2009 sebagai Juara Pertama Tingkat Nasional Wirausaha Muda Teladan.

Dari Diskriminasi Menjadi Motivasi untuk Berwirausaha

Keluarga adalah pendukung nomor satu Ibu Irma di saat-saat dirinya jatuh bangun mendirikan UKM dan mencari sokongan modal. (foto: dok. Ibu Irma)


Ibu Irma merasa adanya diskriminasi dari masyarakat umum terhadap penyandang disabilitas seperti dirinya, terutama dalam hal mencari pekerjaan. Ia sampai melamar ke 15 perusahaan tapi selalu ditolak. Ia pun berpikir bahwa daripada mencari kerja selalu ditolak, lebih ia menciptakan lapangan kerja sendiri. Namun ia menyadari bahwa untuk berwirausaha diperlukan modal, tidak hanya materi melainkan juga kesiapan seperti bahan dan peralatan.

Kemudian Ibu Irma melihat ke lingkungan sekitar tempat tinggalnya di Kebumen banyak ditemukan sampah kain sisa jahitan dari pabrik garmen. Dengan penuh inisiatif ia mencoba-coba berkreasi dengan sisa-sisa kain tersebut secara otodidak, apalagi ia memang suka membuat prakarya yang menggunakan kain perca sejak kecil.

UKM Mutiara Handycraft yang didirikan Ibu Irma (tengah) bermodalkan lima puluh ribu rupiah dari Dinas Sosial, namun kini sanggup membina sebanyak 3000 orang penyandang disabilitas di seluruh Indonesia. (foto: dok. Ibu Irma)

Ibu Irma menjalani proses yang cukup panjang dalam mendirikan usahanya tersebut. Meskipun berasal dari keluarga tidak mampu, ia yakin bahwa suatu hari pasti akan ada pihak-pihak yang membantunya. Ia mencoba mendatangi dinas sosial di daerah tempat tinggalnya, terlebih lagi, sesuai pasal 34 UUD 1945, ia tahu bahwa negara menjamin fakir miskin dan anak-anak terlantar seperti yang pernah dipelajarinya sewaktu masih sekolah.

Meskipun modal yang diberikan dinas sosial tidak seberapa, yaitu sebesar lima puluh ribu rupiah, ia merasa jumlah tersebut cukup untuk dibelikan kain perca yang harga perkilonya sebesar dua ratus rupiah saja. Dana itu baru didapatkannya setelah mengajukan proposal selama satu tahun.

Mutiara Handycraft, Usaha Yang Bersinar

Dari sepak terjangnya mencari modal hingga mendapatkan kucuran dana dan memproduksi keset, Ibu Irma memutuskan memberi nama UKM-nya Mutiara Handycraft. Sesuai dengan falsafah mutiara itu sendiri, proses perjalanan jatuh bangun yang dialaminya termasuk dihina dan diinjak-injak, bahkan dibenamkan di kotoran lumpur paling dalam sekali pun, mutiara akan tetap bersinar.

Ibu Irma Suryati telah mempekerjakan lebih dari 3000 orang penyandang disabilitas, mantan PSK dan waria yang juga dibekali ilmu bisnis dan pemasaran. (foto: dok. Ibu Irma)

Dan ternyata memang usahanya telah membuahkan hasil. Awalnya, ia mengerjakan kerajinan tangan kain perca hanya berdua bersama suami. Setiap hari pesanan keset yang diterimanya semakin bertambah, sehingga ia mengajak teman-teman sesama penyandang disabilitas mulai dari 1 orang, bertambah lima orang hingga 30 orang. Sekarang binaannya dapat mengerjakan produk kain keset di rumah masing-masing yang tersebar di seluruh Nusantara. Masing-masing dari binaannya telah dibekali dengan ilmu kewirausahaan serta ilmu bisnis dan pemasaran atas kerjasamanya dengan dinas sosial.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline