Lihat ke Halaman Asli

Dina Mardiana

TERVERIFIKASI

Penulis dan penerjemah, saat ini tinggal di Prancis untuk bekerja

Interpretasi Kartini a la Hanung Bramantyo

Diperbarui: 6 April 2017   22:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nobar Premiere Film Kartini bersama Komikers di bioskop XXI, Plaza Indonesia, Rabu 5 April 2017. (foto: dok. Riyardi Arisman)

Gaung film Kartini garapan Hanung Bramantyo sudah satu tahun sebelumnya santer terdengar. Apalagi saya rutin mengikuti Instagram-nya Dian Sastro yang pada waktu itu rutin memuat foto-fotonya selama berada di lokasi syuting. Dian yang kebagian peran menjadi tokoh utama tampak total mendalami peran Kartini: mulai dari cara berjalan ngesot, membaca buku-buku berbahasa Belanda, sampai menghapalkan dialog berbahasa Jawa.

Hingga akhirnya pada sehari sebelum tayang perdana di bioskop, mendadak saya dikabari bahwa film Kartini akan premiere di Plaza Indonesia untuk undangan terbatas. Keinginan saya untuk bisa mengajak teman-teman Komikers menyaksikan film Indonesia teranyar, ter-gress dan yang sedang banyak dibicarakan (karena beberapa minggu terakhir selalu menonton film-film asing), pun kesampaian. Meskipun sayangnya memang tidak semua Komikers kebagian, soalnya jatah yang diberikan memang tidak banyak.

Dian Sastro, Adinia Wirasti, Acha Septriasa dan Ayushita saat mendalami peran untuk film Kartini: sampai belajar jalan ngesot a la Jawa. (foto: dok. brilio.net)

Jadi, pada hari Rabu malam 5 April kemarin, saya bersama 9 orang Komikers lainnya merapat di bioskop XXI Plaza Indonesia sejak jam 6 sore. Untungnya, film yang rencana diputar jam 7 malam tidak ngaret seperti premiere film Indonesia yang sudah-sudah. Berhubung ini tayangan perdana dengan dresscode kebaya atau batik, banyak artis yang datang dan sebagian besar mematuhi aturan dresscode tersebut. Tidak ketinggalan pula Dian Sastro sendiri, lalu ada Adinia Wirasti, Denny Sumargo, Acha Septriasa, aktor dan aktris kawakan Dedi Sutomo serta Christine Hakim. Ada juga Reza Rahadian, tapi sayangnya dia tidak memakai batik.

Berbicara mengenai filmnya, Kartini hasil interpretasi Hanung Bramantyo digambarkan sebagai sosok yang penuh semangat, mempunyai daya imajinasi tinggi (dengan beberapa adegan Kartini seolah-olah sedang berada di tanah Belanda dan berbicara dengan Stella, kawan korespondensinya yang feminis, meskipun ia tidak pernah menginjakkan kaki di sana), lincah, dan agak bandel. Baru kali ini saya melihat tokoh Kartini bercengkerama di atas pagar tembok rumahnya bersama adik-adiknya, atau mengerjai adik-adiknya Kardinah dan Roekmini dengan gaya khas anak remaja.

Kartini bercengkerama dengan adik-adiknya, Kardinah dan Roekmini. (foto: dok. KapanLagi.com)

Namun, sebagaimana ciri khas film-film yang dibuat Hanung, banyak adegan dramatis nyaris mendekati sinetron yang dapat kita temukan di film Kartini dan membuat penontonnya mengharu-biru berulang kali. Misalkan saat Kartini kecil bersikukuh ingin tidur bersama ibu kandungnya, saat Kardinah dan Roekmini curhat tidak mau menikah kepada kakaknya, atau saat Kartini dan Roekmini dipisah untuk tidur pisah kamar oleh ibu tirinya. Ibu tiri Kartini yang bernama Raden Adjeng Moeriam (diperankan oleh Djenar Maessa Ayu) juga digambarkan bak ibu-ibu tiri a la sinetron yang terkesan galak dan kejam, meskipun di sini ia juga sebenarnya menyimpan duka masa lalu karena dipaksa menikah tanpa cinta hanya karena gelar kebangsawanannya.

Kartini dengan ibunda kandung Yu Ngasirah, diperankan oleh Christine Hakim. (foto sumber: instagram @therealdisastr)

Selain itu, Hanung yang memang senang mengangkat tema-tema agama dalam beberapa film sebelumnya, di film Kartini juga diselipkan Kartini yang kagum dengan keindahan makna ayat Al-Qur’an yang dilantunkan oleh seorang kyai pada malam sebelum Kardinah dijodohkan. Kartini pun menghampiri sang kyai sebelum pulang sambil menanyakan status perempuan dan laki-laki dalam menuntut ilmu berdasarkan Al-Qur’an. Ini yang tidak saya dapati pada film-film Kartini sebelumnya. Oya, ada dua film Kartini yang pernah diputar di televisi dan bioskop Indonesia, yaitu Kartini dalam serial panjang yang dibintangi Yenny Rachman pada tahun 1983 karya Syumanjaya, dan Surat Cinta untuk Kartini versi layar lebar yang dirilis tahun 2016.

Poster Film Kartini terbaru: rilis di bioskop Indonesia mulai tanggal 19 April 2017!

Yang menarik, di film Kartini kali ini, penonton juga diajak untuk ikut berpikir tatkala Yu Ngasirah (diperankan baik sekali oleh Christine Hakim), sang ibu kandung, bertanya kepada Kartini mengenai hikmah yang didapatnya saat mempelajari aksara Jawa dan Belanda. Jika aksara Belanda (atau aksara Latin) mengajarkan tentang kebebasan, maka aksara Jawa mengajarkan tentang darma bakti. Maksudnya, sepandai-pandainya, setinggi-tingginya ilmu dan seluas-luasnya pemikiran yang kita peroleh, manusia tidak selamanya dapat hidup sendiri. Pasti manusia membutuhkan dorongan, kekuatan, cinta dari orang-orang di sekelilingnya sehingga bisa berdiri lebih kokoh dan berbuat lebih baik untuk sesamanya.

Tunggu tanggal mainnya 19 April nanti ya, dan saya nantikan opini teman-teman mengenai film Kartini terbaru! 😉 ***


Durasi
122 minsTanggal rilis
21 April 2017Perusahaan
produksi
Legacy Pictures
Screenplay Films
PenyuntingWawan I. WibowoSinematografiFaozan RizalMusikAndi RiantoPemeranDian Sastrowardoyo
Deddy Sutomo
Christine Hakim
Acha Septriasa
Ayushita
Reza Rahadian
Adinia WirastiPenulisHanung Bramantyo
Bagus BramantiProduserRobert RonnySutradaraHanung Bramantyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline