Event KPK alias Kompasianer Penggila Kuliner Gerebek pembuka tahun ini lain daripada biasanya. Bukan makan-makan biasa di resto-resto atau di kedai-kedai kuliner di dalam mal, melainkan kulineran on the road alias menjelajah langsung surganya kuliner Bogor di sepanjang Jalan Surya Kencana, yang rata-rata didominasi pedagang kaki lima dan pengusaha kuliner kelas ekonomi bawah-menengah. Tapi, jangan ditanya kalau soal rasa. Menurut saya, berbagai variasi makanan dan minuman yang disajikan di kawasan Pecinan-nya Bogor ini juga nggak kalah sama kuliner a la restoran bintang lima.Namun, sebelum menjelajah kawasan yang dibangun pada masa Gubernur Jenderal Daendels ini, para Kompasianer digiring terlebih dahulu ke sebuah coffee shop merangkap restoran bernama Keuken Koffie yang dikelola oleh pengusaha muda Aditya Pradana. Untuk mencapai coffee shop ini, saya bersama dengan teman-teman Kompasianer berangkat beramai-ramai menggunakan kereta Commuter Line dari stasiun Manggarai menuju Bogor, dengan dibekali kartu Danamon Flazz.
Lalu, sampai di stasiun Bogor, perjalanan dilanjutkan dengan naik angkot yang mengarah ke Pajajaran Indah. Namanya juga Kompasianer, perjalanan yang sebenarnya lumayan panjang (memakan waktu kurang lebih dua jam) tidak terasa karena kami memegang kendali di jalanan, ha ha ha… Maklum saja rombongan kami lumayan banyak, ada 27 orang, ditambahi tingkah polah masing-masing Kompasianer yang unik dan lucu plus celoteh-celotehan yang tiada henti.
Di Keuken Koffie, selain disuguhi menu wejangan dari restoran, kami juga dibekali tentang membuat foto-foto kuliner yang instagrammable oleh food selebgramAyu Diah Respatih, atau lebih dikenal dengan julukan Momylicious. Kata Mbak Ayu Diah, namanya juga foto makanan, jadinya harus bikin drooling alias ngiler orang-orang yang melihatnya. Bagusnya, Mbak Ayu Diah memberikan saran bagi para calon food selebgram termasuk kami KPK-ers, tetap harus ada etikanya, jangan asal jepret, melainkan tunggu momen yang tepat. Kan nggak sopan juga kalau teman kita sudah nggak sabar ingin mencicipi makanan yang dia pesan, tahu-tahu terpaksa ketunda gara-gara kita kebelet ingin memfoto makanannya. Jadi, memotret kuliner harus juga pandai-pandai pegang kendali kapan saatnya boleh jeprat-jepret sana-sini, kapan saatnya kita harus menahan diri. Mbak Ayu Diah sendiri tidak akan memotret makanan bila sedang bersantap bersama keluarganya.
Sebelum Mbak Ayu Diah, ada perwakilan dari Bank Danamon dan Jaringan ATM Prima yang menyampaikan sepatah dua patah kata mengenai produk perbankan mereka. Misalkan Bank Danamon, yang diwakili oleh Ibu Natasha Damayanti sebagai e-channel Product Management. Ibu Natasha memaparkan tentang Danamon Flazz Card yang multifungsi, termasuk bisa digunakan untuk naik kendaraan umum yang sistem pembayarannya non tunai seperti KRL Commuter Line dan Transjakarta. Yang menarik lagi, kartu Danamon Flazz Card ini dikeluarkan dalam tiga varian yaitu foto para pemain klub bola Manchester United: Anders Herrera, Wayne Rooney dan De Gea, dan tentunya ini bisa dikoleksi oleh para penggemar bola. Dilengkapi dengan penjelasan Ibu Irene Margaret dari Jaringan Prima, kartu Danamon Flazz juga bisa top up di jaringan ATM Prima, loh. Jadi, misalkan Anda tidak menemukan ATM Danamon di kota yang Anda kunjungi, asalkan ada jaringan ATM Prima maka kartu non tunai Danamon Flazz sudah bisa diisi kembali. Hal ini tentunya memudahkan generasi milenia yang selalu mobile dan tidak bisa lepas dari media sosial, termasuk KPK-ers 😉.
Karena itu, kuliner atau jajanan rakyat khas Indonesia dapat menjadi mendunia jika dikelola dengan baik oleh generasi milenia melalui akun sosial media mereka. Jika selama ini mungkin sebagian kalangan masih ada yang belum tahu kualitas kuliner asli rakyat Indonesia, melalui jari-jari canggih para blogger seperti KPK-ers yang menghasilkan foto-foto makanan Instagrammable plus bikin ngiler, jajanan kuliner di sepanjang Jalan Surya Kencana bisa memegang kendali perekonomian nasional. Nilai lebihnya dari jajanan-jajanan kuliner sepanjang jalan Surya Kencana ini adalah makanan dan minuman yang dijajakan oleh para pedagang, kebanyakan etnis Tionghoa, adalah nilai-nilai budaya dan sejarah yang diusungnya.
Misalkan saja Soto Kuning yang bahan-bahannya dibuat dari daging jerohan dan kuah kari mengingatkan saya akan Soto Tauto di Pekalongan, namun soto tauto kuahnya berwarna merah, atau Soto Betawi di Jakarta yang juga banyak menggunakan daging jerohan. Soto Kuning jualannya Pak Yusuf ternyata telah eksis sejak tahun 1970-an. Berhubung Soto Kuning Pak Yusup dan Pak Yusuf selalu ramai, akhirnya saya dan Teh Ani Blogger memesan soto kuning tetangga yang nggak kalah enak, namun harganya agak lebih mahal yaitu Rp 34.000,00. Tapi kami dapat fasilitas kenyamanan makan di dalam ruangan restonya yang lapang, ha ha..
Atau Bir Kotjok yang mirip-mirip Bir Plethok kalau di Betawi, atau minuman bandrek di tanah Priangan, namun ia tidak menggunakan secang sebagai salah satu bahannya. Sebagaimana saudara-saudaranya di Betawi atau di Bandung, Bir Kotjok yang dijual Kang Eman melalui gerobak sodornya juga sudah ada sejak tahun 1940-an. Kang Eman adalah pewaris generasi ketiga. Bir ini rasanya segar banget diminum dalam keadaan dingin, satu gelasnya Rp 5000,00.
Ada pula kue yang bentuknya mirip serabi, tapi di Bogor ini dinamakan Kue Ape, dan warna hijaunya alami dari daun suji dan pandan. Satu lagi pisang goreng Kalimantan bertabur tepung yang renyah dan kriuk, serta Martabak Manis Gang Aut yang dibuat secara manual oleh tangan-tangan keriput tapi terampil seorang engkoh yang sudah lama berjualan hampir sama dengan usianya (usia sang engkoh sendiri sudah 70-an tahun).
Semoga saja kekhasan Jalan Surya Kencana sebagai surga kuliner Bogor yang penuh nilai budaya dan sejarah tetap terus pegang kendali dan menghidupkan perekonomian kota hujan tersebut. Tentunya hal ini tidak bisa dilepaskan dari tangan-tangan para KPK-ers dan generasi muda yang akrab dengan sosial media untuk terus mempromosikan wisata kuliner Indonesia hingga dikenal di mancanegara. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H